SKRIPSI
KAJIAN SISTEM DISTRIBUSI ROTI UNYIL
(STUDI KASUS VENUS BAKERY)
Oleh
Evie Octarina
F24102038
2006
DEPARTEMEN ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR 2
KAJIAN SISTEM DISTRIBUSI ROTI UNYIL
(STUDI KASUS VENUS BAKERY)
SKRIPSI
Sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar
SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN
Pada Jurusan Teknologi Pangan dan Gizi,
Fakultas Teknologi Pertanian,
Institut Pertanian Bogor
Oleh
EVIE OCTARINA
F24102038
2006
DEPARTEMEN ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR 3
Evie Octarina. F24102038. Kajian Sistem Distribusi Roti Unyil (Studi Kasus
Venus Bakery). Di bawah bimbingan Darwin Kadarisman. 2006
Abstrak
Pemasaran barang atau jasa sangat mudah dilakukan oleh sebagian besar
orang, namun belum tentu mereka dapat melakukan kegiatan pemasaran yang
efektif. Kegiatan tersebut memerlukan pengelolaan serius yang menjadi indikasi
dari tujuan komersial perusahaan dan biasa disebut strategi pemasaran.
Venus Bakery merupakan salah satu industri roti dengan inovasi roti Unyil
yang sangat terkenal di Bogor dan kota-kota lainnya di Indonesia. Venus Bakery
berusaha untuk terus meningkatkan penjualannya dengan strategi pemasaran yang
menitik beratkan pada perluasan sistem distribusi roti Unyil Venus. Venus Bakery
memanfaatkan saluran nol dan satu tingkat dalam pendistribusiannya. Semakin
lama, jumlah pengecer yang digunakan untuk memperluas pemasaran roti Unyil
semakin meningkat sehingga terjadi pergeseran sasaran roti Unyil Venus yang
tadinya lebih banyak sebagai oleh-oleh menjadi makanan sehari-hari. Penelitian
ini bertujuan untuk mempelajari sistem distribusi roti Unyil produksi Venus
Bakery, yang mencakup saluran, area, lokasi, sistem pembayaran dan komisi, serta
fasilitas distribusi.
Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari kegiatankegiatan yang dimulai dari tahap persiapan, studi pustaka, pembuatan kuesioner,
pengumpulan data, analisis data, dan pembuatan laporan. Analisis data yang
dilakukan pada penelitian ini menggunakan metode tabulasi deskriptif.
Produk Venus Bakery terdiri dari roti tawar, roti keset, dan roti Unyil. Ciri
roti Unyil Venus adalah bentuknya yang kecil dan beranekaragam, jumlah bahan
pengisi yang banyak dalam setiap jenis roti Unyil, tekstur yang lembut, dan roti
yang fresh setiap harinya.
Penentuan harga jual roti Unyil Venus diterapkan berdasarkan metode
penetapan harga biaya lebih atau cost plus pricing method dimana jumlah biaya
total dan margin yang dikehendaki ditetapkan oleh pemilik dengan prinsip “kirakira”. Pada bulan Maret 2006, harga jual roti Unyil Venus adalah Rp 900,00 per
buah roti. Kegiatan promosi utama yang cukup ampuh dalam menarik pembeli
roti Unyil Venus adalah pemberitahuan dari mulut ke mulut oleh pembeli.
Strategi distribusi yang diterapkan oleh Venus Bakery merupakan
distribusi pasif dimana proses distribusi dilakukan atas inisiatif orang yang
bertindak sebagai “pengecer”. Sistem kerjasama dengan pengecer yang diterapkan
adalah “beli putus” dengan diskon 15% per buah roti Unyil Venus. Hingga
Februari 2006, jumlah pengecer roti Unyil Venus adalah 17 orang, yang terdiri
dari 13 orang yang berasal dari dalam kota dan 4 orang yang berasal dari luar kota
Bogor. Jumlah rata-rata total penjualan pengecer roti Unyil Venus cukup
berpengaruh bagi total penjualan Venus Bakery di pusat, khususnya pada hari
kerja. Pengecer membantu penjualan rata-rata 34.4% per hari dari total penjualan
keseluruhan.
Sistem distribusi yang bersifat pasif dalam jangka panjang dapat
berdampak negatif bagi suksesnya usaha roti. Hal ini disebabkan oleh banyaknya
aspek kegiatan pengecer yang tidak terkendali. Untuk itu Venus Bakery
seyogyanya membuat pedoman atau prosedur yang berisikan berbagai peraturan
terkait dengan sistem distribusi pengecer. 4
KAJIAN SISTEM DISTRIBUSI ROTI UNYIL
(STUDI KASUS VENUS BAKERY)
SKRIPSI
Sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar
SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN
Pada Jurusan Teknologi Pangan dan Gizi,
Fakultas Teknologi Pertanian,
Institut Pertanian Bogor
Oleh
EVIE OCTARINA
F24102038
Dilahirkan pada tanggal 20 Oktober 1984
Di Bogor, Jawa Barat
Tanggal Lulus:
Menyetujui,
Bogor, Mei 2006
Ir. Darwin Kadarisman, MS
Dosen Pembimbing
Mengetahui,
Dr. Ir. Dahrul Syah, Msc
Ketua Departemen ITP 5
RIWAYAT HIDUP PENULIS
Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 20
Oktober 1984. Penulis adalah anak kedua dari dua
bersaudara, pasangan Drs. H. Kiky Soritaon, ES dan Hj.
Erry Hanoum. Pendidikan Sekolah Dasar ditempuh penulis
dari tahun 1990-1996 di SD Negeri Polisi IV Bogor.
Kemudian dilanjutkan dengan pendidikan Sekolah
Menengah Pertama di SMP Negeri I Bogor pada tahun
1996-1999. Pada tahun yang sama, penulis melanjutkan sekolah di SMU Negeri I
Bogor, dan lulus pada tahun 2002. Penulis diterima sebagai mahasiswa di
Departemen Teknologi Pangan Dan Gizi, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut
Pertanian Bogor (IPB) pada tahun 2002, melalui jalur Undangan Seleksi Masuk
IPB (USMI).
Selama kuliah, penulis aktif dalam kegiatan akademis dan non akademis.
Penulis menjadi asisten praktikum Prinsip Teknik Pangan dan Teknologi
Pengolahan Hasil Hortikultura pada tahun 2005, serta menjadi pengurus
Himpunan Mahasiswa Teknologi Pangan (Himitepa) pada periode 2003-2004.
Penulis juga pernah melakukan Praktek Lapang di PT. Indolakto, Sukabumi pada
tahun 2005.
Penulis melakukan penelitian di Venus Bakery, Bogor. Hasil kegiatan
tersebut telah disusun dalam bentuk skripsi yang berjudul “Kajian Sistem
Distribusi Roti Unyil (Studi Kasus Venus Bakery)” dibawah bimbingan Ir.
Darwin Kadarisman, MS. 6
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahi robbil’alamin, puji syukur kehadirat Allah SWT karena
atas rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulisan
skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan baik secara moral maupun
material dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih
kepada :
1. Kedua orang tua dan abangku yang selalu memberikan doa, kasih sayang,
motivasi, dan bantuan baik moril maupun material kepada penulis hingga
detik ini. Semoga Allah memuliakan dan membalasnya.
2. Bapak Ir. Darwin Kadarisman, MS selaku dosen pembimbing akademik
atas arahan, bimbingan, dan kesabarannya selama kuliah sampai dengan
penulisan skripsi. Semoga Allah membalas kebaikan Bapak.
3. Bapak Ir. Tjahja Muhandri MT dan Bapak Dr. Ir. M. Arpah, Msi yang
telah bersedia menjadi dosen penguji.
4. Bapak Prof.Dr.Ir. Aman Wirakartakusumah yang telah menjadi dosen
pembimbing akademik penulis pada tahun kedua perkuliahan. Terima
kasih atas cerita-cerita yang sangat memotivasi penulis.
5. Bapak Hendra, Ko’ Yos, dan Ko’ Miko yang telah mengizinkan penulis
melakukan penelitian di Venus Bakery dan selalu membantu penulis
dalam pengumpulan data.
6. Seluruh karyawan dan pengecer Venus Bakery yang dengan sabar
membantu dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan penulis.
7. Teman-teman Golongan B TPG 39, khususnya B2 (Manto, Susan, Izal,
Tmin). Kerjasama, kebersamaan, dan persahabatan selama tiga tahun ini
begitu bermakna ☺ .
8. Teman-teman TPG 39 khususnya Endang, Ajeng, Desma, Susan, Hanni,
Nea, Yayah, Evrin, Inal, Dadik, Ulik, Didin. Terima kasih telah
membuatku nyaman berada di TPG.
9. Teman-teman satu bimbingan (Hanni, Kiqo, Tono, Ari). Terima kasih
untuk semua dukungan, kebersamaan, dan curhat-curhat ketika menunggu. 7
10. Inal dan ST’38 yang selalu direpotkan oleh penulis dari mulai penyusunan
usulan penelitian sampai dengan penulisan skripsi ini. Terima kasih untuk
semua kebaikan dan ketulusannya ☺.
11. Kakak-kakak TPG 38 (Rahmat, Bos, T’Via, Pitoy, Indri, Sigit, Dery,
T’Prima,dll) atas semua bantuannya dari mulai meminjamkan buku, saransaran akademik, hingga “saran-saran” lain yang sangat membantu.
12. Ka’ Irfan yang selalu membimbing, membantu, dan “memarahi” penulis
selama tahun pertama dan kedua perkuliahan. Terima kasih atas semua
“peringatan” yang selalu memotivasi penulis.
13. Teman-teman ex Smunsa 2002-IPB (Gilang, Komenk, Juwee, Idonk, dll).
14. Semua pihak yang turut membantu selama kuliah sampai dengan
penulisan skripsi ini.
Penulis sangat berharap laporan ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
Penulis menyadari penulisan laporan ini tidak luput dari kesalahan dan penulis
dengan senang hati menerima kritik dan saran dari berbagai pihak.
Bogor, Mei 2006
Penulis 8
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR................................................................................... i
DAFTAR ISI.................................................................................................. iii
DAFTAR TABEL.......................................................................................... v
DAFTAR GAMBAR..................................................................................... vii
DAFTAR LAMPIRAN................................................................................. viii
I. PENDAHULUAN.................................................................................... 1
A. LATAR BELAKANG.......................................................................... 1
B. TUJUAN............................................................................................... 3
C. MANFAAT........................................................................................... 3
II. TINJAUAN PUSTAKA........................................................................... 4
A. ROTI MANIS...................................................................................... 4
B. PEMASARAN..................................................................................... 8
C. SISTEM DISTRIBUSI........................................................................ 10
D. METODE PENELITIAN SURVEI..................................................... 14
E. KUESIONER....................................................................................... 15
III. METODOLOGI PENELITIAN............................................................ 17
A. LOKASI DAN WAKTU..................................................................... 17
B. TAHAPAN PENELITIAN.................................................................. 18
C. CARA PENGUMPULAN DATA....................................................... 19
D. PENGOLAHAN DATA DAN PEMBUATAN LAPORAN............... 21
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN................................................................ 22
A. KEADAAN UMUM PERUSAHAAN................................................. 22
1. Sejarah dan Perkembangan Perusahaan........................................... 22
2. Aspek Produksi................................................................................ 23
2.1 Kapasitas dan proses produksi.................................................. 23
2.2 Jenis produk.............................................................................. 26
2.3 Pengemasan............................................................................... 27 9
B. BAURAN PEMASARAN.................................................................... 28
1. Produk.............................................................................................. 28
2. Harga............................................................................................... 30
3. Distribusi.......................................................................................... 35
4. Promosi............................................................................................ 42
C. KEADAAN PENGECER..................................................................... 43
1. Profil Pengecer................................................................................. 43
2. Lokasi dan Cara Penjualan Pengecer............................................... 47
3. Jenis Produk yang Dijual Pengecer.................................................. 52
4. Tujuan Pembelian Konsumen.......................................................... 53
5. Persyaratan dan Fasilitas Pengecer.................................................. 54
6. Keadaan Keuangan, Margin, dan Cara Pembayaran Pengecer........ 56
7. Penanganan Produk.......................................................................... 59
7.1 Pengemasan roti Unyil Venus................................................... 60
7.2 Penyimpanan sementara roti Unyil Venus................................. 60
7.3 Pengambilan roti Unyil Venus oleh Pengecer........................... 61
7.4 Penataan roti Unyil Venus di toko pengecer.............................. 63
7.5 Proses penjualan roti Unyil Venus............................................. 64
7.6 Pembersihan toko dan alat-alat................................................... 64
8. Isi Roti Yang Paling Banyak Terjual................................................ 65
D. RESIKO PENJUALAN......................................................................... 66
V. KESIMPULAN DAN SARAN................................................................. 68
A. KESIMPULAN..................................................................................... 68
B. SARAN................................................................................................. 69
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................... 70
LAMPIRAN.................................................................................................... 72
10
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Jumlah roti Unyil yang dihasilkan pada setiap batch produksi........ 24
Tabel 2. Waktu proses produksi roti Unyil per batch produksi...................... 25
Tabel 3. Jenis dan harga produk Venus Bakery.............................................. 26
Tabel 4. Jenis-jenis kemasan Venus Bakery................................................... 27
Tabel 5. Perkembangan harga roti Unyil Venus sepuluh tahun terakhir........ 32
Tabel 6. Perbandingan harga produk bakery jenis bahan pengisi
coklat keju........................................................................................ 32
Tabel 7. Perbandingan harga produk bakery jenis bahan pengisi sosis......... 33
Tabel 8. Harga rata-rata roti Unyil Venus per gram...................................... 35
Tabel 9. Perkembangan Jumlah pengecer roti Unyil Venus........................... 37
Tabel 10. Rata-rata volume penjualan roti Unyil Venus.................................. 37
Tabel 11.Jumlah rata-rata pembelian roti Unyil oleh pengecer
(Februari 2006).................................................................................. 39
Tabel 12.Distribusi rata-rata roti Unyil Venus per hari (Februari 2006).......... 40
Tabel 13.Komposisi responden berdasarkan jenis kelamin.............................. 43
Tabel 14.Jumlah responden berdasarkan kelompok usia.................................. 44
Tabel 15.Jumlah responden berdasarkan tingkat pendidikan formal................ 45
Tabel 16.Dasar pendirian usaha pengecer........................................................ 46
Tabel 17.Jumlah pengecer berdasarkan lama usaha......................................... 46
Tabel 18.Lokasi penjualan pengecer roti Unyil Venus per kecamatan............ 48
Tabel 19.Lokasi penjualan berdasarkan lingkungan penjualan........................ 48
Tabel 20.Pertimbangan pemilihan tempat pembelian roti Unyil...................... 49
Tabel 21.Pengelompokkan pengecer berdasarkan jumlah lokasi
penjualan yang pernah dicoba......................................................... 50
Tabel 22.Pengelompokkan pengecer berdasarkan cara penjualan................... 51
Tabel 23. Jumlah jenis produk yang dijual pengecer...................................... 52
Tabel 24.Tujuan pembelian roti Unyil Venus oleh konsumen........................ 54
Tabel 25.Cara pengecer memperoleh informasi.............................................. 55
Tabel 26.Harga kotak karton............................................................................ 56 11
Tabel 27.Pengelompokkan pengecer berdasarkan modal awalnya.................. 57
Tabel 28.Margin keuntungan rata-rata pengecer roti Unyil Venus.................. 58
Tabel 29.Pengecer berdasarkan cara pembayaran kepada pemilik.................. 59
Tabel 30.Jumlah rata-rata pengambilan roti Unyil per hari oleh pengecer...... 62
Tabel 31.Pengelompokkan pengecer berdasarkan alat transportasi................ 62
Tabel 32.Tindakan responden jika jenis bahan pengisi roti Unyil yang
Diinginkan tidak tersedia................................................................ 65
Tabel 33.Waktu yang dibutuhkan pengecer agar dikenal dan dipercaya....... 66 12
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Empat Unsur Bauran Pemasaran................................................... 9
Gambar 2. Saluran Distribusi Barang Konsumsi............................................ 12
Gambar 3. Tahapan Penelitian......................................................................... 18
Gambar 4. Proses pembuatan roti Unyil di Venus Bakery.............................. 25
Gambar 5. Jenis-jenis produk Venus Bakery.................................................. 26
Gambar 6. Jenis-jenis pengemas pada Venus Bakery..................................... 27
Gambar 7. Etalase Venus Bakery.................................................................... 30
Gambar 8. Logo roti Unyil Venus.................................................................. 30
Gambar 9. Jenis-jenis roti dengan bahan pengisi coklat keju (dari kiri
ke kanan); roti Unyil Venus, roti Mungil, roti Sari Roti,
roti Michelle, roti De Paris............................................................ 33
Gambar10. Jenis-jenis roti dengan bahan pengisi sosis (dari kiri
ke kanan); roti Unyil Venus, roti Mungil, roti Michelle,
roti De paris.................................................................................... 33
Gambar 11. Saluran distribusi Venus Bakery.................................................... 36
Gambar 12.Diagram alir penanganan roti Unyil Venus.................................... 60
Gambar 13.Roti Unyil Venus yang telah dikemas............................................ 60
Gambar 14.Roti Unyil Venus yang telah siap untuk diambil pengecer............ 61
Gambar 15.Cara pengecer membawa roti Unyil Venus ke lokasi
penjualan menggunakan motor....................................................... 63
Gambar 16.Cara pengecer menata roti Unyil Venus......................................... 63
Gambar 17.Cara pembersihan etalase oleh pengecer........................................ 64
Gambar 18.Jenis roti Unyil Venus yang paling diminati.................................. 66 13
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Kuesioner Penelitian................................................................... 72
Lampiran 2. Identitas Pengecer...................................................................... 76
Lampiran 4. Jumlah Penjualan Per Hari (Februari 2006)............................... 78
Lampiran 5. Peta Penyebaran Lokasi Pengecer Roti Unyil Venus................ 80 14
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Teknologi fermentasi yang memanfaatkan kemampuan mikroba
telah membuka lembaran baru dalam usaha merubah bahan-bahan mentah
yang murah bahkan tidak berharga menjadi produk-produk yang bernilai
ekonomi tinggi dan berguna bagi kesejahteraan umat manusia. Salah satu
produk hasil fermentasi adalah roti. Roti merupakan produk makanan yang
terbuat dari tepung terigu yang difermentasikan dengan ragi dan dipanggang.
Roti merupakan makanan yang banyak dikonsumsi di berbagai
negara, bahkan dijadikan sebagai makanan pokok karena sarat akan
kandungan gizi yang dibutuhkan untuk metabolisme tubuh seperti
karbohidrat, protein, lemak, vitamin, dan mineral. Di Indonesia, roti termasuk
produk pangan yang populer dan konsumennya tersebar di berbagai lapisan
masyarakat. Secara umum roti terdiri dari dua jenis, yaitu roti manis dan roti
tawar. Roti tawar biasa dikonsumsi sebagai sarapan pagi dengan
menggunakan bahan pengisi seperti margarin, coklat, dan jam. Roti manis
mempunyai nilai kalori cukup tinggi sehingga dapat dijadikan alternatif
pilihan konsumsi oleh para konsumen karena dapat mengenyangkan dan
rasanya yang beraneka ragam juga disukai oleh konsumen di Indonesia.
Seiring dengan perkembangan zaman dan semakin meningkatnya
permintaan dari konsumen akan kepraktisan, maka dikembangkanlah suatu
roti dalam ukuran kecil yang dapat habis sekali makan. Negara-negara di
Eropa yang umumnya mengonsumsi roti sebagai makanan sehari-hari seperti
Belanda dan Perancis telah berusaha memenuhi keinginan konsumennya
dengan menciptakan roti yang berukuran kecil seperti garlic bread, mini
bagel dan wafel. Bagi beberapa produsen bakery di Indonesia hal ini tentunya
juga merupakan peluang akan adanya pasar bagi konsumen di Indonesia yang
juga gemar mengonsumsi roti. Roti-roti kecil yang disajikan bagi masyarakat
Indonesia umumnya memiliki jenis bahan pengisi yang sama dengan yang
besar. 15
Saat ini di Indonesia roti-roti kecil telah dikenal dengan sebutan yang
beraneka ragam seperti roti unyil, roti mungil, dan roti mini. Salah satu
produsen roti yang berhasil mempopulerkan roti berukuran kecil adalah
Venus Bakery. Venus Bakery mempopulerkan roti berukuran kecil dengan
sebutan roti Unyil. Roti Unyil pertama kali dipopulerkan oleh Venus Bakery
pada tahun 1992. Roti Unyil berhasil menggeser sasaran utama roti manis
yang biasa digunakan sebagai makanan alternatif yang mengenyangkan
menjadi makanan selingan yang mengutamakan bentuk dan rasa.
Menurut Kompas (2004) di dalam Marlina (2005), roti Unyil Venus
adalah salah satu jajanan khas kota Bogor yang cukup banyak diminati
konsumen baik dari dalam maupun luar kota Bogor. Umumnya masyarakat
Bogor sudah mengenal roti Unyil Venus karena adanya persepsi yang
menganggap roti dengan ukuran kecil dan bentuk yang khas merupakan roti
Unyil Venus. Roti ini juga sudah cukup dikenal di Jawa Barat, DKI Jakarta,
Banten dan mungkin di seluruh Indonesia bahkan manca negara.
Pada awal perkembangannya roti Unyil lebih dikenal sebagai oleholeh khas Bogor karena keunikan bentuk dan rasanya, namun saat ini roti
Unyil juga menjadi makanan sehari-hari khususnya bagi masyarakat kota
Bogor. Untuk menunjang fungsinya sebagai oleh-oleh, Venus Bakery
berlokasi di Jalan Siliwangi nomor 27 A, yang merupakan daerah pusat oleholeh khas Bogor, seperti asinan dan talas bogor. Inovasi menciptakan roti
dalam ukuran kecil dengan rasa unik yang menonjolkan kelembutan tekstur
dan keanekaragaman isi, serta bermutu tinggi membuat permintaan
konsumen terhadap roti Unyil Venus terus meningkat.
Dalam rangka membantu mengembangkan pemasaran Venus Bakery
dan memenuhi permintaan konsumen yang terus meningkat, pihak pemilik
menerapkan sistem distribusi dengan memanfaatkan pengecer yang menjual
roti Unyil Venus di berbagai lokasi. Pengecer roti Unyil Venus tersebut
menjamur di seluruh bagian kota Bogor, bahkan diluar kota Bogor, baik
lokasi yang biasa dikunjungi wisatawan lokal maupun lokasi yang jarang
dikunjungi. 16
Beberapa masalah tentu saja dapat terjadi seiring dengan
perkembangan dan sistem distribusi yang diterapkan oleh Venus Bakery.
Sehingga perlu dilakukan penelitian mengenai sistem distribusi roti Unyil
yang diterapkan oleh Venus Bakery. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui sistem distribusi yang diterapkan oleh Venus Bakery.
B. Tujuan
Tujuan penelitian ini adalah mempelajari sistem distribusi roti Unyil
produksi Venus Bakery, yang mencakup saluran, area, lokasi, fasilitas
distribusi, serta sistem pembayaran dan komisi
C. Manfaat
1. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran dan pemahaman
tentang sistem distribusi dan keadaan pengecer roti Unyil Venus.
2. Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan wawasan
mengenai bauran pemasaran khususnya sistem distribusi untuk produk roti. 17
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Roti Manis
Roti manis merupakan produk pangan olahan hasil pemanggangan
adonan yang telah difermentasi. Roti Unyil dapat dikategorikan sebagai roti
manis. Bahan-bahan yang digunakan dalam pembuatan roti terdiri dari
beberapa kelompok, yaitu bahan utama, bahan pembantu, bahan tambahan,
dan bahan pengemas. Bahan utama terdiri dari tepung terigu, air, ragi roti,
dan garam. Bahan pembantu adalah bahan yang menyertai bahan utama
dalam pembuatan roti untuk mendapatkan aroma, rasa, dan tekstur yang
diinginkan. Bahan pembantu yang diperlukan adalah shortening, margarin,
susu full cream, telur, dan gula. Bahan tambahan adalah bahan yang
ditambahkan untuk meningkatkan mutu dari produk misalnya emulsifier.
Bahan pengemas adalah bahan yang dibutuhkan untuk mendapatkan
penampilan produk yang optimum untuk dipasarkan.
Menurut Kentjones dan Amos (1967), pada prinsipnya bahan-bahan
penyusun roti tediri tepung, air, garam, dan ragi roti. Bahan baku lain sering
ditambahkan untuk memperbaiki kualitas roti dalam hal penampakan, nilai
gizi, citarasa, dan keawetan antara lain gula, shortening, telur, dan bahan
pengawet (Pomerantz dan Shellenberger, 1971).
Secara garis besar proses pembuatan roti terdiri dari pencampuran
atau pengadukan (mixing), fermentasi, pembentukan (intermediate proofing,
panning, dan final proofing) dan pemanggangan. Tujuan pencampuran
adalah untuk pembentukan adonan atau development yang ditandai
terbentuknya adonan yang lembut, elastis, ekstensibel dan nampak relatif
kering serta tidak lengket. Untuk mencapai kondisi tersebut, pengadukan
harus menekan, meregang dan melipat adonan, bukannya merobek atau
memotong-motongnya.
Proses pembuatan roti selanjutnya adalah fermentasi yang dilakukan
selama kurang lebih 15 menit. Tujuan fermentasi adonan adalah untuk
pematangan adonan sehingga mudah ditangani dan menghasilkan produk
bermutu baik. Selain itu fermentasi berperan dalam pembentukan cita rasa 18
roti. Berbagai reaksi kimia terjadi selama proses fermentasi, namun yang
terpenting adalah dalam hal produksi gas CO2 untuk mengembangkan adonan
dan alkohol yang berperan dalam hal pembentukan aroma (Pyler, 1973).
Proses selanjutnya adalah dividing (pembagian). Pembagian adonan
dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu dengan cara manual (menggunakan
tangan) atau menggunakan divider rounder. Divider rounder adalah mesin
pembagi adonan yang prinsip kerjanya membagi adonan menjadi potonganpotongan dengan volume tertentu. Karena adonan homogen, volume yang
sama akan menghasilkan berat yang konsisten. Proses berikutnya adalah
intermediate proofing selama 40 menit yaitu pengistirahatan adonan dalam
ruang atau kotak yang tertutup. Disini adonan difermentasi dan
dikembangkan lagi sehingga kembali elastis dan ekstensibel setelah
kehilangan gas, terkoyak dan teregang pada proses pembagian.
Adonan selanjutnya di moulding dan di panning. Moulding
merupakan proses pembentukan adonan yang dapat dilakukan dengan cara
menggulung dan merekatkan sisi adonan sehingga dihasilkan bentuk tertentu.
Baik secara manual maupun menggunakan mesin penggulung (moulder).
Panning adalah proses memasukkan dan menyusun adonan yang telah
dibentuk kedalam loyang yang telah diolesi dengan margarin agar roti tidak
lengket setelah pemanggangan. Adonan dalam loyang segera difermentasi
atau final proofing untuk pengembangan adonan mencapai volume dan
struktur remah yang optimum. Pada waktu fermentasi ini ragi roti
menguraikan gula dalam adonan menghasilkan gas CO2. Gas yang terbentuk
mengembangkan adonan dan menghasilkan remah roti yang berpori-pori.
Fermentasi akhir ini dianggap cukup bila bekas tekanan pada adonan tidak
cepat kembali atau volume adonan mendekati volume roti yang diinginkan.
Setelah pengembangan akhir cukup, adonan harus segera dipanggang,
karena pengembangan yang berlebihan bisa mengakibatkan adonan runtuh.
Meskipun pemilihan bahan dan proses sebelum pemanggangan dilakukan
secara sempurna, suhu oven dan lama waktu pemanggangan harus
dikendalikan dengan sebaik-baiknya. Pemanggangan sangat berpengaruh
terhadap produk dan penerimaan konsumen. Tergantung ukuran dan bentuk 19
roti, pemanggangan biasanya berkisar antara 10 sampai 35 menit pada suhu
180 sampai 220
0
C. Sebelum pemanggangan adonan yang telah dibentuk tadi
diolesi dengan telur untuk meningkatkan aroma, rasa dan penampakan.
Pemanggangan (baking) merupakan proses terakhir yang menentukan
berhasil tidaknya pembuatan roti dan proses pemasakan adonan menjadi
makanan yang dapat dicerna. Pemanggangan mengubah adonan menjadi
produk-produk yang menarik dan dapat dikonsumsi. Beberapa menit pertama
setelah adonan masuk ke dalam oven, terjadi peningkatan volume adonan
dengan cepat. Peristiwa ini dikenal dengan oven spring. Setelah
pemanggangan, roti lalu didinginkan di suhu ruang untuk kemudian dikemas.
Produk bakery harus dikemas dalam kemasan yang menarik sehingga
selain menunjukkan wholesomeness dan kesegaran (freshness) produk, juga
untuk daya tarik penjualan. Bahan pengemas produk bakery harus memenuhi
kriteria-kriteria: (1) Mampu melindungi produk dari kekeringan dan tidak
mengakibatkan produk menjadi lembab karena pengaruh luar, (2) Mampu
menjaga stabilitas produk, misalnya selama transportasi, (3) Mudah
ditangani, (4) Murah (Arora, 1981).
Mutu roti ditentukan oleh beberapa faktor, yaitu pengembangan
volume, warna crust atau kulit roti, aroma penampakan, dan tekstur crumb
atau pori-pori roti (Matz, 1992). Mutu roti juga ditentukan oleh ketahanan
roti terhadap proses kebasian (stalling) selama penyimpanan. Pengembangan
volume roti merupakan parameter yang penting dan menentukan mutu roti,
sehingga proses yang terpenting dalam menentukan berkembang atau
tidaknya suatu roti adalah proses pengadonan, fermentasi, dan pemanggangan
(Matz, 1972). Makin besar volume roti maka tekstur roti makin lembut bila
diremas. Roti yang volumenya terlalu besar memiliki pori-pori yang terbuka
dan tekstur yang lunak, sedangkan roti yang volumenya kecil memiliki poripori yang kasar dan berlubang-lubang (U.S. Wheat Associates, 1981).
Volume roti dipengaruhi oleh produksi gas pada saat pengadonan dan selama
pengembangan.
Sanitasi merupakan salah satu faktor penting dalam perencanaan dan
konstruksi perusahaan bakery. Hal ini sangat penting dalam penyimpanan 20
dan transportasi dari keseluruhan proses (Arora, 1981). Dengan adanya
sanitasi yang baik dalam perusahaan bakery, maka dapat dihasilkan produk
yang bermutu dan akan menjamin bahan terhindar dari kontaminasi, serta
menjaga keselamatan dan kesehatan manusia. Sanitasi juga dapat menjadi
salah satu faktor kepercayaan konsumen atas produk yang akan dikonsumsi.
Menurut Winarno dan Surono (2002), program sanitasi dijalankan
sama sekali bukan untuk mengatasi masalah kotornya lingkungan atau
kotornya pemrosesan bahan, tetapi untuk menghilangkan kontaminasi dari
makanan dan mesin pengolahan makanan serta mencegah terjadinya
kontaminasi kembali dan kontaminasi silang. Kunci untuk mengontrol
pertumbuhan mikroba pada produk makanan di industri pengolahan makanan
adalah program higiene dan sanitasi yang efektif. Program sanitasi yang
harus diterapkan dalam industri pangan meliputi sanitasi pekerja, sanitasi alat
pengolahan, dan sanitasi ruang pengolahan.
Pada saat penyimpanan, roti akan mengalami beberapa kerusakan jika
disimpan terlalu lama dan tidak disimpan ditempat yang tepat. Kerusakan roti
meliputi kerusakan fisik roti misalnya mengerasnya tekstur, tumbuhnya
kapang, dan ketengikan. Jika roti disimpan pada tempat yang lembab maka
pada suatu saat akan tumbuh kapang (US Wheat Association, 1981). Kapang
yang paling sering ditemukan dalam roti adalah Rhizopus stolonifer,
Penicillium expansum, P. Stoloniferum, Aspergillus niger, Neurospora
sitophila, Mucor sp., dan Geothricum sp. Menurut Frazier dan Westhoff
(1978), pertumbuhan kapang ini berasal dari udara selama pendinginan roti,
penanganan, pembungkusan atau dari alat pemotong.
Menurut Hanlon (1973), roti selama penyimpanan akan mengalami
perubahan seperti terjadinya remah. Terbentuknya remah dipengaruhi oleh
retrogadasi molekul pati. Retrogadasi merupakan kristalisasi dan dehidrasi
pati. Roti yang basi (stale) ditandai dengan perubahan flavor dan aroma,
mengerasnya remah roti, dan masir pada lidah.
Kerusakan roti yang lain selama penyimpanan adalah kebusukan dan
ketengikan. Roti yang busuk ditandai dengan bau dan rasa yang tidak enak,
remah makin gelap dan lengket, kulit roti kemerah-merahan atau merah tua. 21
Ketengikan pada roti disebabkan oleh kerusakan lemak atau minyak sehingga
menghasilkan rasa dan bau tidak enak.
B. Pemasaran
Pemasaran dalam arti umum dapat dikatakan sebagai proses sosial
dimana individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan
inginkan dengan cara menciptakan dan mempertukarkan produk dan nilai
yang dihasilkan dengan individu dan kelompok lainnya (Stanton,1991).
Sedangkan Aaker dan Day (1990) menyatakan bahwa pemasaran adalah
suatu sistem bisnis yang mencakup tahap perencanaan dan pengembangan
produk, penentuan harga, promosi, dan pendistribusian barang atau jasa
untuk memenuhi kebutuhan konsumen melalui proses pertukaran. Kotler
(1993) mendefinisikan pemasaran sebagai suatu proses sosial dan manajerial
yang didalamnya individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka
butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan, dan
mempertukarkan produk yang bernilai dengan pihak lain.
Konsep pemasaran memfokuskan pada kebutuhan pembeli dan
bagaimana memenuhi kebutuhan pelanggan melalui produk dan kebutuhan
barang yang berhubungan dengan penciptaan dan pengantaran dan akhirnya
pengkonsumsian (Kotler, 1993). Menurut Kotler (1993), konsep pemasaran
berpijak pada empat pilar utama, yaitu fokus pasar, orientasi pelanggan,
pemasaran terpadu, dan keuntungan. Hal penting yang harus diperhatikan
dalam teori pemasaran modern adalah bauran pemasaran (marketing mix).
Bauran pemasaran adalah campuran dari peubah pemasaran yang dapat
digunakan oleh suatu perusahaan untuk meraih tingkat penjualan yang
diinginkan dalam pasar sasaran yang dituju (Kotler, 1993). Menurut Kotler
dan Armstrong (1992), marketing mix adalah himpunan atau perangkat
variabel pemasaran yang terkendali yang diramu perusahaan untuk
menghasilkan tanggapan yang diinginkan dalam pasar sasaran. Empat unsur
bauran pemasaran (dapat dilihat pada Gambar 1) yang dimaksud terdiri dari
produk (product), harga (price), distribusi (place), dan promosi (promotion). 22
Variasi produk
Mutu
Ciri khas
Opsi
Gaya
Nama merek
Pengemasan Produk Tempat (distribusi)
Besarnya Saluran
Layanan Pencakupan
Jaminan Lokasi
Retur Persediaan
Transpor
Harga Promosi
Daftar harga Periklanan
Potongan Penjualan perorangan
Allowance Promosi penjualan
Periode pembayaran Hubungan masyarakat
Syarat kredit
Gambar 1. Empat unsur bauran pemasaran (Kotler dan Armstrong,1992)
Produk adalah apa saja yang dapat ditawarkan ke dalam pasar untuk
diperhatikan, dimiliki, digunakan atau dikonsumsi sehingga dapat memuaskan
keinginan atau kebutuhan. Wujud produk terdiri dari karakteristik mutu, ciriciri produk, merk, dan kemasan (Kotler, 1990).
Dalam arti yang paling sempit, harga adalah jumlah uang yang
ditagihkan untuk suatu produk atau jasa. Lebih luas, harga adalah jumlah dari
nilai yang dipertukarkan konsumen untuk manfaat memiliki atau
menggunakan produk atau jasa (Kotler dan Armstrong,1997). Harga adalah
satu-satunya alat bauran pemasaran yang digunakan perusahaan untuk
mencapai sasaran pemasarannya. Keputusan harga harus dikoordinasikan
dengan rancangan produk, distribusi, dan promosi yang membentuk program
pemasaran yang konsisten dan efektif.
Distribusi meliputi semua kegiatan yang berhubungan dengan usaha
menyampaikan barang dari pengusaha kepada pembeli. Tujuannya adalah
mengusahakan agar barang selalu tersedia dan dapat dibeli dengan mudah oleh
mereka yang ingin membelinya dimanapun mereka berada. Guiltinan dan Paul
(1990) menyatakan bahwa program penjualan dan distribusi meliputi semua
Bauran
Pemasaran
Pasar
Sasaran 23
kegiatan yang terjadi dalam mentransfer barang dan menyediakan bantuan
serta informasi kepada pembeli akhir atau kepada distributor.
Promosi merupakan usaha perusahaan untuk menyampaikan
informasi tentang suatu produk, mengingatkan dan mengajak konsumen
untuk membelinya. Promosi merupakan suatu gabungan antara periklanan,
publikasi, penjualan perseorangan, dan promosi melalui penjualan (Kotler,
1993). Program pemasaran yang efektif meramu semua unsur-unsur
marketing mix menjadi suatu program terpadu yang dirancang untuk
mencapai sasaran pemasaran perusahaan.
C. Sistem Distribusi
Distribusi merupakan suatu kegiatan yang penting dalam penyaluran
produk dari produsen dan konsumen. Sistem distribusi dapat mengatasi
kesenjangan waktu, tempat, dan kepemilikan yang memisahkan barang dan
jasa dari konsumen yang akan menggunakannya (Kotler dan
Armstrong,1992). Sistem distribusi merupakan sumber eksternal yang
penting. Umumnya dibutuhkan waktu bertahun-tahun untuk mengembangkan
sistem distribusi, dan sistem tersebut tidak akan mudah diubah. Sistem
distribusi mencerminkan suatu ikatan yang penting dari perusahaan dengan
sejumlah besar perusahaan mandiri yang bertugas melaksanakan distribusi
dan dengan pasar khusus yang mereka layani. Sistem distribusi juga
mencerminkan suatu ikatan terhadap seperangkat kebijakan dan praktek yang
membentuk struktur dasar sebagai landasan untuk suatu hubungan yang luas
berjangka panjang (Corey, 1976 di dalam Kotler,1990).
Saluran distribusi adalah seperangkat unit organisasi (seperti
produsen, pedagang besar, dan pengecer) yang melaksanakan semua kegiatan
yang diperlukan untuk menyampaikan suatu produk dari penjual kepada
pembeli akhir (Guiltinan dan Paul, 1990). Sedangkan menurut Kotler (1993),
saluran distribusi dapat dilihat sebagai sekumpulan organisasi yang saling
tergantung satu sama lainnya yang terlibat dalam proses penyediaan sebuah
produk atau pelayanan untuk digunakan atau dikonsumsi. Struktur saluran
distribusi ditentukan oleh tiga elemen, yaitu tugas dan kegiatan yang harus
dilaksanakan oleh para distributor, tipe distributor yang akan digunakan, dan 24
jumlah dari masing-masing distributor. Menurut Kotler (1990), anggota
saluran pemasaran (biasa disebut juga saluran distribusi) melakukan sejumlah
fungsi pokok, yaitu:
1. Mengumpulkan informasi penting untuk perancanaan dan melancarkan
pertukaran
2. Mengembangkan dan penyebaran komunikasi yang persuasif mengenai
penawaran (melakukan promosi)
3. Mencari dan berkomunikasi dengan calon pembeli
4. Melakukan usaha untuk mencapai persetujuan akhir atas harga dan
ketentuan lainnya mengenai tawaran agar peralihan pemilikan terjadi
5. Melakukan pengangkutan dan penyimpanan barang
6. Memperoleh dan menyebarkan dana untuk menutup biaya pekerjaan
saluran pemasaran
7. Menerima adanya resiko dalam hubungan dengan pelaksanaan saluran
pemasaran
Strategi distribusi berkaitan dengan pemilihan saluran distribusi yang
akan digunakan dalam meraih pelanggan. Saluran yang dipilih dapat berupa
distribusi langsung, distribusi tak langsung, atau kombinasi keduanya (Kotler
dan Armstrong, 1997). Saluran distribusi langsung berarti saluran distribusi
tersebut langsung dari produsen ke konsumen tanpa ada perantara.
Sedangkan saluran distribusi tidak langsung berarti penyaluran produk tidak
langsung ke konsumen, tetapi melalui agen penjualan atau perantara.
Menurut Kotler (1993), penggunaan perantara umumnya menghasilkan
efisiensi superior dalam penyediaan barang dan penyebarannya ke pasar
sasaran.
Proses merancang saluran distribusi dimulai dengan berusaha
mengetahui layanan bentuk apa yang diinginkan konsumen dari berbagai
segmen sasaran. Layanan saluran dibagi menjadi lima kategori, yaitu jumlah
pembelian, desentralisasi pasar, waktu tunggu, keragaman produk, dan
layanan pendukung (Kotler dan Armstrong, 1997).
Saluran distribusi dapat dijelaskan menurut jumlah tingkat salurannya
(dapat dilihat pada gambar 2). Saluran-nol-tingkat merupakan saluran 25
distribusi paling pendek dan sederhana untuk barang-barang konsumen.
Produsen menjual langsung kepada konsumen tanpa campur tangan
perantara. Saluran-satu-tingkat hanya mempunyai satu perantara penjualan.
Dalam pasar konsumen, perantara itu sekaligus merupakan pengecer; dalam
pasar industri mereka mungkin merupakan sebuah penyalur tunggal dan
penyalur industri. Saluran-dua-tingkat mempunyai dua perantara, yaitu
pedagang besar dan pengecer. Saluran-tiga-tingkat mempunyai tiga
perantara, yaitu pedagang besar, pemborong, dan pengecer (Kotler, 1990).
0 tingkat
1 tingkat
2 tingkat
3 tingkat
Gambar 2. Saluran distribusi barang konsumsi (Kotler, 1990)
Dalam merancang saluran distribusi, produsen harus
memperhitungkan antara apa yang ideal, apa yang mungkin dilaksanakan,
dan apa yang tersedia. Sebuah perusahaan baru umumnya berawal sebagai
sesuatu operasi lokal yang menjual dalam lokasi pasar yang terbatas. Karena
perusahaan memiliki modal yang terbatas, maka perusahaan itu biasanya
menggunakan perantara yang ada. Memutuskan saluran mana yang terbaik
bukanlah suatu masalah. Tetapi masalahnya adalah bagaimana meyakinkan
satu atau beberapa perantara untuk bersedia membawa lini produk
perusahaan (Kotler, 1993).
P
R
O
D
U
S
E
N
K
O
N
S
U
M
E
N
pengecer
Pedagang
besar
pengecer
pedagang pemborong
pengecer 26
Apabila perusahaan baru tersebut berhasil, maka perusahaan dapat
mengembangkan diri ke pasar baru. Kembali, produsen akan cenderung
bekerja memakai perantara-perantara yang ada, walaupun hal itu dapat berarti
menggunakan jenis saluran distribusi yang berbeda pada daerah-daerah yang
berbeda. Sehingga sistem saluran distribusi produsen akan berkembang
sesuai dengan peluang dan kondisi lokal (Kotler, 1993).
Saluran distribusi seharusnya ditentukan oleh pola pembelian
konsumen, sehingga faktor kunci yang mempengaruhi pilihan saluran
distribusi oleh pimpinan perusahaan adalah sifat dan corak pasar. Faktorfaktor pertimbangan lain yang mempengaruhi adalah jenis produk
bersangkutan, perantara, dan perusahaan itu sendiri. Pada dasarnya, pada
waktu memilih saluran distribusi perusahaan harus berpedoman ukuran 3C,
yaitu channel control (pengendalian saluran), market coverage (liputan
pasar), dan cost (biaya) yang cocok dengan taraf pelayanan pembeli.
Menurut Royan (2004), untuk menetapkan saluran distribusi,
setidaknya harus diketahui sifat produk yang dimilikinya. Pada produk
dengan masa kadaluarsa pendek tidak bisa diterapkan pendistribusian dengan
saluran distribusi yang berantai panjang. Produk jenis masa kadaluarsa
pendek sebaiknya didistribusikan langsung kepada pedagang eceran, atau
dengan direct selling. Pemilihan saluran distribusi yang tepat dapat menjamin
konsistensi mutu produk selama pendistribusian.
Perusahaan harus memutuskan tentang jumlah perantara yang akan
digunakan pada setiap tingkat saluran distribusi. Menurut Stanton (1991), ada
tiga strategi pendistribusian yang berkaitan dengan hal ini, yaitu:
1. Distribusi intensif
Biasanya strategi distribusi intensif digunakan oleh produsen
untuk barang kebutuhan sehari-hari. Permintaan konsumen akan
pemenuhan langsung dari barang-barang jenis ini tidak akan menunda
pembelian hanya untuk mendapatkan merek yang tertentu saja. Pengecer
kerapkali menentukan sampai berapa jauh strategi distribusi intensif ini
dapat dilaksanakan. 27
2. Distribusi selektif
Distribusi selektif berada diantara distribusi intensif dan distribusi
eksklusif. Penggunaan lebih daripada satu tetapi kurang daripada seluruh
jumlah perantara yang mau menjual sebuah produk tertentu. Distribusi
selektif biasa digunakan oleh perusahaan-perusahaan yang sudah mapan
maupun perusahaan-perusahaan baru yang mencoba mendapatkan
distributor. Distribusi selektif cocok sekali untuk barang-barang
konsumsi, barang-barang khusus atau alat-alat pelengkap industri,
dimana konsumen mementingkan merek dagang tertentu.
Perusahaan dapat mengembangkan hubungan kerja yang baik
dengan perantara yang terpilih dan mengharapkan lebih baik daripada
rata-rata usaha penjualan. Distributor selektif memungkinkan produsen
mendapatkan jangkauan pasar yang kuat dengan kendali yang lebih baik
dan biaya lebih rendah daripada distribusi intensif.
3. Distribusi eksklusif
Di dalam strategi distribusi eksklusif, suplier menyetujui
penjualan kepada satu orang pedagang besar atau pengecer dalam suatu
pasar tertentu. Pada saat membicarakan persetujuan antara distributor
tunggal dengan pedagang besar atau dealer tunggal dengan pengecer,
kadangkala perantara dilarang untuk memperdagangkan produk yang
langsung bersaingan dengan produk yang bersangkutan.
D. Metode Penelitian Survei
Penelitian survei adalah penelitian yang dilakukan pada populasi besar
maupun kecil, tetapi data yang dipelajari adalah data dari sampel yang
diambil dari populasi tersebut, sehingga ditemukan kejadian-kejadian relatif,
distribusi, dan hubungan-hubungan antar variabel sosiologis maupun
psikologis (Kerlinger, 1973 di dalam Sugiyono, 1999). Sedangkan menurut
Singarimbun dan Effendi (1989) penelitian survei adalah penelitian yang
mengambil sampel dari satu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai
alat pengumpulan data yang pokok. 28
Penelitian survei pada umumnya dilakukan untuk mengambil suatu
generalisasi dari pengamatan yang tidak mendalam. Menurut Singarimbun
dan Effendi (1989), langkah-langkah yang lazim ditempuh dalam penelitian
survei adalah sebagai berikut :
1. Merumuskan masalah penelitian dan menentukan tujuan survei
2. Menentukan konsep dan hipotesa serta menggali kepustakaan
3. Pengambilan sampel
4. Pembuatan kuesioner
5. Pekerjaan lapangan, termasuk memilih dan melatih pewawancara
6. Mengedit dan mengkode
7. Analisa dan pelaporan
Penggunaan metode survei ini didasarkan pada pertimbangan bahwa
metode ini cukup ekonomis, cepat, dan menjamin keleluasaan responden
untuk menjawab. Menurut Simamora (2004), kelebihan metode survei ada
empat, yaitu (1) Prosesnya dapat dilakukan secara cepat dan efisien, (2)
Hasil yang didapat reliabel dan akurat karena pertanyaan yang diajukan
terstruktur, (3) Variabilitas hasil dapat dikurangi karena penggunaan
pertanyaan respons tetap dan (4) Pengkodean, analisis, dan interpretasi data
relatif sederhana dalam survei.
E. Kuesioner
Menurut Sugiyono (1999) kuesioner merupakan teknik pengumpulan
data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau
pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya. Beberapa cara
pemakaian kuesioner , diantaranya:
1. Kuesioner digunakan dalam wawancara tatap muka dengan responden.
2. Kuesioner diisi sendiri oleh kelompok.
3. Wawancara melalui telepon.
4. Kuesioner diposkan, dilampiri amplop yang dibubuhi perangko untuk
dikembalikan oleh responden setelah diisi.
Jenis-jenis pertanyaan dalam kuesioner bermacam-macam. Jenisjenis tersebut antara lain : 29
1. Pertanyaan tertutup dimana kemungkinan jawaban sudah ditentukan
terlebih dahulu dan responden tidak diberi kesempatan memberikan
jawaban lain
2. Pertanyaan terbuka dimana kemungkinan jawabannya tidak ditentukan
terlebih dahulu dan responden bebas memberikan jawaban.
3. Kombinasi tertutup dan terbuka dimana jawabannya sudah ditentukan
tetapi kemudian disusul dengan pertanyaan terbuka.
4. Pertanyaan semi terbuka dimana jawaban pertanyaan sudah tersusun rapi
tapi masih ada kemungkinan tambahan jawaban. 30
III.METODOLOGI
Metode penelitian ini merupakan metode penelitian survei dengan tingkat
eksplanasi deskriptif. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang menampilkan
suatu profil atau gambaran mengenai karakteristik, sifat suatu obyek atau
fenomena dengan berusaha menjawab berbagai pertanyaan (contohnya apa, siapa,
kapan, bagaimana, dimana, dan berapa) yang berkaitan dengan tema (Supramono
dan Haryanto, 2005). Sedangkan menurut Simamora (2004), penelitian deskriptif
adalah penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan sesuatu, umumnya
karakteristik atau fungsi pasar. Dapat dikatakan bahwa penelitian deskriptif
bertujuan untuk melukiskan fakta, populasi, atau bidang tertentu secara faktual
dan sistematis. Sugiyono (1999) menambahkan bahwa penelitian deskriptif
dilakukan untuk mengetahui nilai variabel mandiri, baik satu variabel atau lebih
(independen) tanpa membuat perbandingan, atau menghubungkan dengan variabel
yang lain.
Pada penelitian ini, penulis akan mengamati situasi atau kejadiankejadian yang berkaitan dengan sistem distribusi di Venus Bakery dengan mencari
informasi-informasi faktual, justifikasi keadaan, dan membuat evaluasi, sehingga
diperoleh gambaran yang jelas.
A. Lokasi dan Waktu
Lokasi penelitian adalah Venus Bakery Bogor. Venus Bakery
merupakan salah satu bakery yang terdapat di kota Bogor. Venus Bakery
berpusat di Jl. Siliwangi No. 27 A dengan berbagai pengecer yang tersebar di
dalam dan luar kota Bogor. Waktu yang dibutuhkan untuk melakukan survei
dan mengumpulkan data dalam penelitian ini adalah dua bulan yaitu dari
bulan awal Februari sampai akhir Maret 2006. 31
B. Tahapan Penelitian
Tidak
Ya
Gambar 3. Tahapan Penelitian
Mulai
Persiapan
Studi Pustaka
Pembuatan kuesioner
Uji coba dan perbaikan
kuesioner
OK?
Pengumpulan data
Analisis Data
Penyusunan laporan
Selesai 32
Penelitian ini dimulai dengan menentukan tema dan tujuan
penelitian pada tahap persiapan. Setelah diketahui tema dan tujuan
penelitian, maka dilanjutkan dengan penetapan tempat penelitian. Setelah
itu dilakukan survei terhadap tempat penelitian, pada penelitian ini tempat
yang dimaksud adalah Venus Bakery. Tahap persiapan dilanjutkan dengan
penyusunan usulan penelitian. Penyusunan usulan penelitian dilakukan
dengan menetapkan latar belakang masalah, metodologi penelitian, biaya
penelitian, dan penyusunan kuesioner.
Tahap selanjutnya merupakan studi pustaka. Studi pustaka
dilakukan untuk memperdalam pengetahuan penulis mengenai tema yang
terkait, dalam penelitian ini adalah sistem distribusi. Literatur mengenai
sistem distribusi yang dimaksud mencakup saluran distribusi, area
distribusi, lokasi, sistem pembayaran dan komisi, fasilitas-fasilitas
distribusi, serta konsep bauran pemasaran. Literatur yang diperoleh
dijadikan acuan untuk penyusunan usulan penelitian, pelaksanaan
penelitian, dan penyusunan laporan.
Tahap selanjutnya adalah pembuatan kuesioner. Pembuatan
kuesioner berdasarkan pada tujuan penelitian yaitu mengetahui sistem
distribusi roti Unyil Venus. Kuesioner yang telah disusun diuji coba
terlebih dahulu untuk memperbaiki desain kuesioner yang telah dibuat. Uji
coba kuesioner dilakukan terhadap dua orang pengecer yang diambil
secara acak untuk menguji ketepatan pertanyaan dalam kuesioner.
Kuesioner digunakan dalam wawancara tatap muka dengan responden.
Dari hasil uji coba ini kuesioner yang disusun diperbaiki dan hasilnya
dapat dilihat pada Lampiran 1. Tahap selanjutnya adalah pengumpulan
data hasil survei dan observasi lapangan yang dilanjutkan dengan analisis
data untuk kemudian dijadikan hasil pengamatan dan pembahasan dalam
penyusunan laporan.
C. Cara Pengumpulan Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer.
Data primer dikumpulkan melalui survei dan observasi. 33
a. Survei
Survei dilakukan dengan menggunakan responden. Responden yang
digunakan yaitu responden pemilik atau pemimpin perusahaan, dan
responden pengecer.
Responden diminta untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang
terdapat dalam kuesioner dengan teknik wawancara. Kuesioner terdiri
atas pertanyaan-pertanyaan tertutup (ada alternatif jawaban) dan terbuka
(sesuai jawaban responden). Kuesioner untuk pemilik berisi pertanyaan
seputar sistem pendistribusian, pemasaran, penetapan pengecer, bauran
pemasaran, dan lain sebagainya.
Kuesioner untuk pengecer berisi pertanyaan untuk mengetahui
identitas pengecer, lokasi dan area penjualan, cara penjualan, persyaratan
dan fasilitas pengecer, segmentasi pasar, jumlah rata-rata produk yang
terjual per hari, sistem penyimpanan, cara pengemasan, dan cara
pelayanan.
Responden pengecer diambil seluruhnya berdasar areal penjualan dan
lokasi penjualan. Jumlah sampel yang diambil sebesar 100%. Survei juga
dilakukan untuk mengamati kemungkinan pengecer menjual produk lain
selain produk Venus Bakery.
Survei juga dilengkapi dengan wawancara terhadap pihak terkait,
seperti pemilik Venus Bakery. Pertanyaan yang diajukan seputar sejarah
dan perkembangan perusahaan, struktur organisasi, pembagian komisi
dan perhitungan penjualan bagi pengecer dan lain sebagainya. Data-data
dikumpulkan setelah penyebaran kuesioner melalui teknik wawancara ke
setiap responden dan wawancara yang dilakukan sebagai pelengkap data.
b. Observasi
Observasi langsung di lapangan berfungsi untuk memperdalam dan
mengetahui secara detail sistem distribusi yang diterapkan Venus Bakery.
Observasi ini mencakup fasilitas-fasilitas distribusi yang disediakan oleh
Venus Bakery, jumlah produksi roti unyil per hari, jumlah roti Unyil yang
diambil oleh setiap pengecer dan cara pengemasan roti Unyil pada saat
didistribusikan. 34
Selain itu observasi ini juga mencakup tiga konsep bauran
pemasaran yang diterapkan, yaitu produk yang dihasilkan, cara
mempromosikan produk di pasar, dan cara penetapan harga. Observasi
lain yang dilakukan mencakup aspek teknologi pangan, seperti tata cara
penanganan (handling) pengecer terhadap produk, display dan pelayanan
yang biasa diterapkan yang berhubungan dengan sistem penyimpanan di
lokasi penjualan Venus Bakery.
D. Pengolahan Data dan Pembuatan Laporan
Analis data yang dilakukan pada penelitian ini menggunakan metode
tabulasi deskriptif yaitu dengan cara mentabulasikan hasil survei dan
observasi yang diperoleh. Data yang diperoleh berupa sistem distribusi yang
diterapkan dan kondisi umum pengecer. Data yang diperoleh akan dibuat
rataan dan persentase untuk kemudian dianalisis. Hasil analisis data akan
dibahas dan disimpulkan sebagai bahan dalam penulisan laporan. 35
IV.HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Keadaan Umum Perusahaan
2. Sejarah dan Perkembangan Perusahaan
Venus Bakery berdiri pada tahun 1992 dengan status pemilikan
sendiri, dan dikelola oleh anggota keluarga pemilik. Venus Bakery terletak
di Jalan Siliwangi nomor 27 A Bogor.
Pada awalnya, jenis roti yang diproduksi Venus Bakery merupakan
roti berukuran standar (ukuran roti pada umumnya). Bakery yang dimiliki
oleh Bapak Hendra ini kemudian secara tidak sengaja membuat sisa
adonan menjadi roti berukuran kecil untuk kemudian dijual. Diluar
dugaan, roti berukuran kecil laku bahkan jumlah permintaan semakin
meningkat. Hal inilah yang mendasari Venus Bakery untuk memproduksi
dan menjual roti berukuran kecil atau yang lebih dikenal dengan sebutan
roti Unyil. Roti Unyil yang diproduksi memang laku terjual, namun Venus
Bakery membutuhkan waktu sekitar 5 tahun untuk bisa memposisikan
dirinya sebagai bakery yang dikenal oleh masyarakat luas.
Usaha ini berjalan dengan baik dan terus berkembang sehingga
Venus Bakery kemudian dikenal sebagai oleh-oleh khas Bogor karena rasa
dan bentuknya yang unik. Perkembangan Venus Bakery didukung dengan
sistem distribusinya yang juga unik. Dalam rangka memajukan dan lebih
memperluas usahanya serta membantu pemerintah memperluas lapangan
kerja, Venus Bakery memberikan kesempatan untuk menjadi pengecer roti
Unyil Venus. Para pengecer mendapatkan potongan harga pada saat
membeli roti Unyil untuk kemudian dijual lagi kepada konsumen.
Jumlah karyawan Venus Bakery terdiri dari tiga puluh orang,
dengan rincian dua puluh empat orang di bagian produksi dan enam orang
sebagai penjaga outlet. Staf bagian produksi dibagi dua shift, yaitu shift
pagi dan shift malam dengan jam kerja rata-rata delapan jam. Setiap shift
terdiri dari satu orang pengaduk adonan, sembilan orang pembentuk dan
pengisi adonan, satu orang pemoles roti dan mempersiapkan proofing roti,
dan satu orang bertanggung jawab atas pemanggangan roti. Waktu kerja 36
shift malam dimulai pada pukul 02.00 hingga pukul 10.00, sedangkan
waktu kerja shift pagi dimulai pukul 10.00 hingga pukul 18.00. Proses
produksi berlangsung mulai pukul 02.00 hingga pukul 18.00 yang
jumlahnya disesuaikan dengan persediaan di outlet. Proses produksi shift
malam biasanya sebagian besar untuk pesanan pengecer dan sebagian lagi
untuk persediaan outlet pada pagi hari. Proses produksi shift pagi
dipersiapkan untuk persediaan di outlet. Outlet Venus Bakery buka dari
pukul 06.00 hingga 20.00.
3. Aspek Produksi
2.1 Kapasitas dan Proses Produksi
Bahan-bahan yang digunakan untuk pembuatan roti Unyil
terdiri dari dua jenis, yaitu bahan baku dan bahan pembantu. Bahanbahan baku yang digunakan adalah tepung terigu, ragi roti, gula, dan
air. Sedangkan bahan pembantu yang digunakan adalah telur, bread
improver, mentega, susu bubuk, susu cair, garam, dan bahan pengisi
(abon, daging asap, sosis, coklat, jagung, keju, pisang, kelapa, kismis,
dan sebagainya). Bahan-bahan baku dan pembantu dibeli dari supplier
dalam negeri, kecuali mentega, susu bubuk, dan susu cair. Bahanbahan tersebut disimpan di gudang yang dilengkapi dengan freezer
untuk menyimpan bahan pengisi yang memerlukan suhu rendah.
Bahan-bahan dikirim oleh supplier dua kali dalam sebulan.
Proses produksi roti Unyil (Gambar 4) diawali dengan
penimbangan bahan. Pada pembuatan roti, tahap penimbangan
merupakan tahap yang penting untuk diperhatikan sehingga diperlukan
ketelitian dalam pelaksanaannya. Untuk menjamin kerahasiaan dan
ketelitian formulasi, maka tahap penimbangan dilakukan oleh pemilik.
Karyawan tidak diberitahu jumlah takaran bahan yang digunakan
untuk membuat roti. Proses selanjutnya adalah pencampuran dan
pengadukan. Proses ini dilakukan dengan menggunakan dough mixer.
Venus Bakery memiliki empat buah dough mixer, yang terdiri dari dua
buah dough mixer kapasitas dua puluh kg, satu buah dough mixer37
kapasitas sepuluh kg, dan satu buah dough mixer kapasitas lima kg.
Dough mixer yang digunakan disesuaikan dengan jumlah roti yang
akan diproduksi. Pengadukan adonan dilakukan selama 25-30 menit.
Setelah itu adonan akan difermentasi selama 15 menit. Proses
selanjutnya adalah pembentukan dan pengisian. Untuk seratus gram
adonan akan didapatkan 21-24 roti tergantung bentuknya. Proses ini
berlangsung selama kurang lebih 40-60 menit tergantung jumlah
adonan dan jenis bahan pengisi yang digunakan. Setelah itu roti yang
sudah dibentuk akan dioles dengan telur.
Proses selanjutnya adalah proofing selama 60-90 menit. Proses
proofing dilakukan untuk mengembangkan roti. Proofing dapat
membuat adonan roti mengembang 2-3 kali lipat ukuran semula.
Setelah proses proofing, maka roti siap dipanggang selama 2,8-3 menit.
Kapasitas oven adalah empat loyang, dimana setiap loyang berisi 100
buah roti. Setelah dipanggang di oven, maka roti siap untuk dijual.
Waktu proses produksi roti Unyil dapat dilihat pada Tabel 1.
Gambar 4. Proses pembuatan roti Unyil di Venus Bakery
Penimbangan Bahan
Pemanggangan
Proofing
Fermentasi
Pembentukan dan Pengisian
Pencampuran dan Pengadukan adonan 38
Tabel 1. Waktu proses produksi roti Unyil per batch produksi
No. Tahapan Proses Waktu (menit)
1 Pencampuran dan pengadukan 25-30
2 Fermentasi 15
3 Pembentukan dan pengisian 40-60
4 Proofing 60-90
5 Pemanggangan 8-34
Total 148-229
2.2 Jenis Produk
Produk Venus Bakery terdiri dari tiga jenis dengan variasi rasa pada
setiap jenisnya. Jenis dan harga produk Venus Bakery dapat dilihat
pada Tabel 2. Dalam penelitian ini hanya jenis roti Unyil Venus yang
akan diteliti oleh penulis.
Tabel 2. Jenis dan harga produk Venus Bakery
Jenis Harga (Rp)
Roti Tawar
• Besar
• Kecil
6.500,00
5.000,00
Roti Keset
• Manis
• Coklat
• Coklat keju
• Kismis
• Keju
• Pisang keju
• Asap sapi keju
8.500,00
10.000,00
11.000,00
11.000,00
12.000,00
13.000,00
15.000,00
Roti Unyil (abon, asap ayam, asap sapi, baso,
coklat bulat, coklat lilit, coklat keju, donat
keju, jagung, kacang keju coklat, keju bulat,
keju manis, keju panjang, kelapa, kentang,
kismis, kosong manis, nanas, pisang, pisang
keju, pisang coklat, pisang keju coklat, sosis,
sosis keju, srikaya, telur)
900,00
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa roti tawar Venus
terdiri atas dua ukuran, roti keset Venus terdiri dari 7 jenis rasa (bahan
pengisi), dan roti Unyil Venus terdiri dari 26 jenis rasa (bahan pengisi).
Jenis produk Venus Bakery dapat dilihat pada Gambar 5. 39
(a) (b) (c)
Gambar 5. Jenis-jenis produk Venus Bakery, (a) Roti keset; (b) roti
tawar; (c) Roti Unyil
2.3 Pengemasan
Pengemasan bertujuan untuk menghindari kontaminasi dan
pengeringan selama penyimpanan serta memberikan penampilan yang
menarik. Kemasan yang digunakan untuk produk Venus Bakery terdiri
dari dua jenis. Jenis-jenis kemasan yang digunakan dapat dilihat pada
Tabel 3.
Tabel 3. Jenis-jenis kemasan Venus Bakery
Pengemasan dilakukan secara manual sesuai dengan pesanan
pembeli. Pengemasan untuk pengecer biasanya dilakukan setelah
produk roti yang dihasilkan tidak panas lagi untuk menghindari
penurunan mutu fisik roti. Jenis pengemas yang digunakan oleh Venus
Bakery dapat dilihat pada Gambar 6.
Jenis Kemasan Digunakan untuk mengemas-
Plastik
• Kecil
• Besar
Roti Unyil kurang dari 10 buah
Roti keset
Roti tawar kecil
Roti tawar besar
Kotak karton
• Kecil
• Sedang
• Besar
• Terbesar
Roti Unyil 10 buah
Roti Unyil 20 buah
Roti Unyil 30 buah
Roti Unyil 50 buah 40
Gambar 6. Jenis-jenis pengemas pada Venus Bakery
B. Bauran Pemasaran
Venus Bakery mengambil seluruh segmen konsumen dari mulai
kalangan menengah ke bawah hingga kalangan menengah ke atas. Dari segi
pemasarannya Venus Bakery ingin dikenal sebagai roti untuk semua kalangan.
Sebagai salah satu industri yang sukses, perlu dilakukan identifikasi terhadap
masalah pemasaran berkaitan dengan segmen yang dipilih. Melalui identifikasi
terhadap bauran pemasaran yang dilakukan Venus Bakery akan dapat diketahui
kelebihan dan kekurangan yang ada pada pemasaran yang telah dilakukannya.
Stanton (1991), menyatakan bauran pemasaran terdiri dari faktor-faktor yang
dapat dikendalikan oleh perusahaan, yaitu produk, harga, distribusi, dan
promosi.
1. Produk
Produk merupakan unsur yang penting dalam melakukan suatu
pemasaran, karena itu produk yang akan dipasarkan harus dapat
memenuhi keinginan dan kebutuhan konsumen. Produk Venus Bakery
terdiri dari roti tawar, roti keset, dan yang paling terkenal adalah roti
Unyil.
Venus Bakery menginginkan mutu produknya setara dengan
produk bakery terkemuka yaitu “Bread Talk”. “Bread Talk” merupakan
salah satu bakery asal negara Singapura yang telah membuka cabang di
beberapa negara seperti Malaysia dan Indonesia. Di Indonesia “Bread
Talk” terletak di beberapa mal di kota Jakarta. Roti “Bread Talk” selalu
mengunggulkan kekonsistenan mutu dan image sebagai roti bergengsi di 41
kalangan masyarakat menengah ke atas. Venus Bakery berusaha
mencontoh keunggulan “Bread Talk” dalam hal kekonsistenan mutu.
Keinginan ini direalisasikan Venus Bakery dengan selalu membuat
produk roti yang benar-benar fresh dan konsisten menjaga mutu setiap
harinya. Hal lain yang mendukung yaitu kesediaan pemilik untuk selalu
turut serta mengawasi dalam memproduksi roti Unyil Venus setiap hari
dalam rangka menjaga dan mempertahankan kekonsistenan mutu. Pemilik
juga selalu menimbang sendiri bahan-bahan yang diperlukan untuk
pembuatan roti guna mencapai ketelitian dalam penimbangan bahan dan
kesempurnaan roti yang dihasilkan disamping untuk menjaga kerahasiaan
formulasi.
Berdasarkan kuesioner yang disebarkan kepada 17 pengecer roti
Unyil Venus mengenai tanggapan perbaikan mutu roti Unyil yang
diharapkan pembeli, 10 orang pengecer (58.8%) menjawab ada tanggapan
dari konsumen dan 7 orang pengecer (41.2%) menjawab tidak ada pembeli
yang berkomentar terhadap mutu roti Unyil Venus. Masalah mutu yang
biasa ditanyakan konsumen adalah (1) Masalah ukuran roti unyil yang
semakin mengecil dan (2) Masalah harga roti Unyil yang semakin mahal.
Ciri khas roti Unyil Venus adalah bentuknya yang unyil, jenis
bahan pengisi roti yang beraneka ragam, rasa roti yang memuaskan dan
enak, tekstur yang lembut, serta bahan pengisi setiap jenis roti Unyil yang
banyak. Venus Bakery berhasil berinovasi dalam menciptakan suatu
produk baru bagi konsumen. Keunggulannya sebagai pelopor roti dalam
ukuran kecil membuat Venus Bakery dikenal oleh masyarakat luas.
Ciri khas yang juga menjadi keunggulan roti Unyil Venus adalah
roti yang fresh setiap harinya dan tanpa bahan pengawet, karena
diproduksi setiap hari tergantung persediaan. Bahkan Venus Bakery selalu
menyatakan bahwa roti produksinya merupakan roti yang selalu “fresh
from the oven”. Hal ini terbukti dari jumlah produksinya yang disesuaikan
dengan persediaan di etalase. Apabila persediaan roti Unyil masih banyak,
maka jumlah produksi akan dikurangi dan begitu juga sebaliknya. Cara
inilah yang membuat roti Unyil Venus selalu tersaji hangat pada saat 42
dibeli oleh konsumen. Namun, ciri “fresh from the oven” ini hanya
berlaku bagi roti Unyil yang dijual di pusat. Ciri roti Unyil Venus yang
lain adalah dipamerkan menggunakan etalase (seperti terlihat pada
gambar 7) baik di pusat maupun di toko milik pengecer sehingga produk
terkesan bersih, sehat, dan asli.
Gambar 7. Etalase Venus Bakery
Merk roti Unyil adalah Venus Bakery dengan warna merah
sebagai warna dasarnya. Logo Venus Bakery dapat dilihat pada gambar 8.
Venus Bakery sangat membutuhkan merk dan logo untuk menghindari
peniruan oleh bakery-bakery lain yang semakin banyak memproduksi roti
dalam ukuran kecil, khususnya di kota Bogor. Melalui merk, konsumen
dapat dengan mudah memilih dan mengenali roti Unyil Venus.
Gambar 8. Logo roti Unyil Venus
Venus Bakery menyediakan 3 jenis kemasan yang terdiri dari
kemasan karton box dengan warna dasar putih dengan garis-garis pink,
kemasan kantong plastik transparan, dan kantong plastik putih. Menurut
Kotler dan Armstrong (1997), kemasan pada umumnya mempunyai fungsi
sebagai faktor keamanan produk dan daya tarik visual pertama yang dapat
dilihat konsumen. 43
2. Harga
Penentuan harga roti dipengaruhi oleh banyak faktor, diantaranya
biaya produksi, kemampuan konsumen sasaran, dan harga roti merk lain.
Dewasa ini, kebanyakan penjual menetapkan satu harga untuk semua
pembeli. Ide ini merupakan suatu ide yang relatif modern yang didorong
oleh pengembangan eceran berskala besar pada akhir abad ke sembilan
belas. Beberapa toko eceran terkenal memperkenalkan suatu “kebijakan
satu harga yang tegas”, karena mereka menjual begitu banyak barang dan
mengawasi begitu banyak pekerjaan (Kotler, 1993). Tujuan strategi
penetapan harga adalah untuk mencapai keseimbangan antara laba usaha
dengan tingkat kepuasan pelanggan, disamping bertujuan untuk
memaksimumkan laba, memperoleh pangsa pasar tertentu, dan mencapai
tingkat penjualan yang sesuai dengan perencanaan. Metode yang paling
sering digunakan oleh perusahaan produsen adalah metode penetapan
harga biaya lebih atau cost plus pricing method. Metode penetapan harga
biaya lebih merupakan cara penetapan harga jual tiap unit produk yang
dipasarkan dengan menghitung jumlah seluruh biaya total ditambah
dengan persentase atau jumlah tertentu untuk memperoleh keuntungan
(margin) yang dikehendaki. Rumus metode ini adalah sebagai berikut.
Kebijakan harga yang ditempuh oleh Venus Bakery yaitu dengan
menambahkan imbuhan harga atas harga pokok dengan prediksi yang
dilakukan pemilik. Cara yang dilakukan cukup unik karena pemilik hanya
menimbang 1 kg adonan, dan mengira-ngira harga yang layak untuk satu
buah roti Unyil. Pemilik tidak menghitung secara detail biaya total yang
dibutuhkan untuk produksi, pemilik hanya menggunakan prinsip “kirakira” untuk menentukan biaya total dan keuntungan yang diharapkan.
Sehingga bila disimbolkan dengan rumus kita tidak akan mengetahui
secara jelas nilai-nilai dari variabel yang digunakan.
Harga jual yang ditetapkan untuk konsumen langsung dan
pengecer berbeda. Pengecer akan mendapatkan potongan harga dari harga
Harga jual = biaya total + keuntungan
P = TC + M 44
jual roti Unyil di pusat. Pengecer diberikan hak penuh untuk menaikkan
harga roti Unyil Venus di toko mereka, namun mereka tidak
diperkenankan menjual roti Unyil Venus dengan harga lebih rendah
dibandingkan pusat.
Cara pembayaran yang selalu dilakukan oleh para konsumen
adalah tunai. Sedangkan para pengecer dapat melakukan pembayaran pada
saat pengambilan roti Unyil di pagi hari atau pada sore hari setelah
penjualan. Seiring dengan kenaikan bahan baku produksi, harga roti Unyil
Venus mengalami kenaikan secara perlahan-lahan. Perkembangan harga
roti Unyil Venus sepuluh tahun terakhir dapat dilihat pada tabel 4.
Tabel 4. Perkembangan harga roti Unyil Venus sepuluh tahun terakhir
Tahun Harga per buah
(Rp)
1997-1998 600,00
1999 700,00
2000-2004 800,00
2005-2006 900,00
Pemilik merasa yakin bahwa harga yang diterapkan saat ini dapat
diterima oleh pembeli, mengingat kekonsistenan mutu yang ditawarkan
oleh Venus Bakery sehingga pembeli akan puas. Pemilik merasa bahwa
harga jual roti Unyil Venus tergolong tidak mahal. Untuk membuktikan
pendapat tersebut, telah dilakukan pengujian harga dari beberapa pesaing
Venus Bakery yang mengambil segmen menengah ke atas untuk jenis
bahan pengisi coklat keju (Tabel 5) dan sosis (Tabel 6).
Tabel 5. Perbandingan harga produk bakery jenis bahan pengisi coklat keju
Nama Bakery Harga (Rp) Berat
rata-rata
(g)
Harga rata-rata
per
1 gram
Venus 900 23,3 38,63
De Paris 4.500 82,5 54,55
Michelle 4.000 76,7 52,15
Sari roti 3.500 72 48,61
Le Meridien 900 12,9 69,77
* Data diambil pada tanggal 13 Maret 2006 45
Berdasarkan data diatas diketahui bahwa roti Unyil Venus dengan
harga rata-rata Rp 38,63 per gram memang tergolong paling murah
dibandingkan dengan empat pesaing lainnya, yaitu De Paris, Michelle,
Sari roti, dan Le Meridien. Bahkan pesaingnya yang sama-sama
memproduksi roti berukuran kecil (roti Mungil) memiliki harga rata-rata
paling mahal yaitu Rp 69,77 per gram.
Gambar 9. Jenis-jenis roti dengan bahan pengisi coklat keju (dari kiri ke
kanan); roti Unyil Venus, roti Mungil, roti Sari Roti, roti
Michelle, roti De Paris.
Tabel 6. Perbandingan harga produk bakery jenis bahan pengisi sosis
Nama Bakery Harga (Rp) Berat ratarata (g)
Harga rata-rata per
1 gram
Venus 900 15,40 58,44
De paris 4.000 74,4 53,76
Michelle 4.500 90,9 49,51
Le Meridien 900 17,6 51,14
* Data diambil pada tanggal 13 Maret 2006
Gambar 10. Jenis-jenis roti dengan bahan pengisi sosis (dari kiri
kekanan); roti Unyil Venus, roti Mungil, roti Michelle,
roti De paris.
Berdasarkan data perbandingan harga diatas diketahui bahwa roti
Unyil Venus dengan harga rata-rata per gram Rp 58,44 merupakan roti
yang relatif mahal dibandingkan tiga pesaing lainnya, yaitu De paris 46
dengan harga rata-rata Rp 53,76 per gram , Michelle dengan harga ratarata Rp 49,51 per gram, dan Roti Mungil dengan harga Rp 51,14 per gram.
Berdasarkan data dari kedua jenis roti yang dianalisis ternyata terjadi
ketidakkonsistenan harga, diketahui bahwa harga roti Unyil Venus tidak
selalu lebih murah dibandingkan pesaingnya.
Melalui pengujian perbandingan harga dari dua jenis roti Unyil
Venus dapat disimpulkan bahwa harga jual roti Unyil Venus Bakery tidak
merata, tergantung jenis bahan pengisinya. Harga jual roti Unyil dengan
bahan pengisi coklat keju yang tergolong tidak mahal dapat digunakan
untuk menutupi harga jual roti Unyil dengan bahan pengisi sosis yang
tergolong mahal. Harga setiap jenisnya dianggap sama untuk
mempermudah pelayanan karena jenisnya yang begitu beranekaragam.
Pada tabel 7 akan ditampilkan tabel jenis roti Unyil Venus dan harga ratarata per gram roti.
Harga rata-rata roti Unyil Venus per gram berkisar antara Rp 37,19
(bahan pengisi pisang keju coklat) hingga Rp 95,75 (kosong manis/tanpa
bahan pengisi), dengan harga rata-rata per gram dari semua jenis adalah
Rp 58,59. Dari tabel tersebut terlihat juga bahwa berat roti Unyil Venus
sangat bervariasi, yaitu dari berat rata-rata 9,4 g (kosong manis/tanpa
bahan pengisi) hingga 24,2 g (bahan pengisi pisang keju coklat), dengan
rata-rata berat dari semua jenis adalah 16,4 g.
Berat roti umumnya ditentukan oleh jenis bahan pengisinya. Jenis
roti yang beratnya berada diatas berat rata-rata semua jenis berjumlah dua
belas jenis, yaitu roti dengan bahan pengisi coklat bulat, coklat keju, donat
keju, jagung, keju bulat, kentang, pisang, pisang keju, pisang coklat,
pisang keju coklat, dan sosis keju.
Beberapa jenis roti dengan bahan pengisi tersebut (jagung, coklat
keju, donat keju, dan sosis keju) menjadi roti favorit bagi konsumen.
Untuk menjangkau kondisi daya beli konsumen yang bervariasi dan
meningkatkan keragaman jenis, Venus Bakery dapat menerapkan harga
yang berbeda sesuai dengan bahan pengisi. 47
Tabel 7. Harga rata-rata roti Unyil Venus per gram
Jenis Bahan Pengisi
Roti Unyil Venus
Berat ratarata (g)
Harga rata-rata
per gram (Rp)
Abon 12,9 69,77
Asap ayam 11,7 76,92
Asap sapi 13,9 64,75
Baso 13,2 68,18
Coklat bulat 17,7 50,85
Coklat lilit 13,2 68,18
Coklat keju 23,3 38,63
Donat keju 22,6 39,82
Jagung 17,5 51,43
Kacang keju coklat 15,0 60,00
Keju bulat 18,5 48,65
Keju manis 12,7 70,87
Keju panjang 11,6 77,59
Kelapa 14,9 60,40
Kentang 20,3 44,34
Kismis 11,0 81,82
Kosong manis 9,4 95,75
Nanas 14,7 61,23
Pisang 20,7 43,48
Pisang keju 24,0 37,50
Pisang coklat 17,8 50,56
Pisang keju coklat 24,2 37,19
Sosis 15,4 58,44
Sosis keju 19,2 46,88
Srikaya 14,2 63,38
Telur 15,9 56,60
Rata-rata 16,4 58,59
* Data diambil pada tanggal 13 Maret 2006
3. Distribusi
Roti Unyil Venus merupakan jenis produk yang tidak tahan lama
(mudah rusak), sehingga diperlukan jenis saluran distribusi yang tepat dan
efektif. Saluran distribusi yang dipilih untuk memasarkan produk roti
sebaiknya merupakan saluran distribusi langsung atau minimal saluran
distribusi yang pendek untuk mencegah terjadinya kerusakan (kebasian)
roti selama pendistribusian. Saluran distribusi yang digunakan oleh Venus
Bakery terdiri dari dua macam, yaitu saluran distribusi nol tingkat dan satu
tingkat. Pada saluran distribusi nol tingkat, Venus Bakery memasarkan roti
Unyil Venus langsung kepada konsumen pemakai, sedangkan pada saluran 48
distribusi satu tingkat, Venus Bakery memasarkan roti Unyil Venus
melalui beberapa pengecer. Pengecer merupakan perusahaan apapun yang
volume penjualannya terutama berasal dari penjualan eceran. Penjualan
eceran meliputi semua kegiatan yang melibatkan penjualan barang atau
jasa secara langsung pada konsumen akhir untuk penggunaan pribadi dan
bukan bisnis (Kotler, 1990). Saluran distribusi Venus Bakery akan
digambarkan pada Gambar 11.
Gambar 11. Saluran distribusi Venus Bakery
Berdasarkan tujuh fungsi pokok saluran pemasaran yang terdalapat
dalam Kotler (1990), beberapa fungsi pokok yang diterapkan oleh
pengecer Venus Bakery, antara lain:
1. Mengumpulkan informasi penting untuk perencanaan dan
melancarkan pertukaran. Informasi ini berupa berbagai hal terkait
dengan produk yang ditawarkan, dari mulai jenis, harga, hingga
masa kadaluarsa.
2. Mengembangkan dan penyebaran komunikasi yang persuasif
mengenai penawaran (melakukan promosi). Pengecer roti Unyil
Venus harus dapat mempengaruhi calon pembeli agar berminat
untuk membeli produk roti Unyil Venus.
3. Mencari dan berkomunikasi dengan calon pembeli.
4. Melakukan pengangkutan dan penyimpanan barang. Pengangkutan
dilakukan oleh pengecer dengan berbagai cara, yaitu menggunakan
motor, mobil, dan kendaraan umum.
Venus Bakery
Pengecer
Konsumen
Konsumen
0 tingkat
1 tingkat 49
5. Memperoleh dan menyebarkan dana untuk menutup biaya
pekerjaan saluran pemasaran. Dana diperoleh pengecer melalui
komisi penjualan dan biaya yang harus ditutup meliputi biaya sewa
toko dan biaya-biaya variabel lainnya.
6. Menerima adanya resiko dalam hubungan dengan pelaksanaan
saluran pemasaran. Produk yang telah diambil oleh pengecer tidak
dapat dikembalikan lagi ke pusat, sehingga pengecer harus
menanggung resiko apabila produk tidak habis terjual.
Pada awalnya Venus Bakery membuka kesempatan bagi yang
berminat menjualkan produk Venus Bakery khususnya roti Unyil Venus
dengan sistem titip jual dengan komisi berupa potongan harga sebesar
15%. Pengecer yang pertama membuka toko roti Unyil Venus terletak di
jalan Binamarga. Setelah sukses dengan penjualan tersebut, maka
mulailah berdatangan orang-orang yang berminat untuk menjadi pengecer
Venus Bakery. Banyaknya peminat untuk menjadi pengecer Venus Bakery
membuat pihak pemilik mengubah sistem kerjasama titip jual menjadi beli
putus dengan potongan harga sebesar 15%. Perkembangan penambahan
jumlah pengecer roti Unyil Venus dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8. Perkembangan Penambahan Jumlah pengecer roti Unyil Venus
dan Volume Penjualan
Tahun Jumlah Pengecer (orang)
1997 1
1998 3
1999 3
2000 4
2001 6
2002 11
2003 11
2004 14
2005 17
Venus Bakery mulai menerapkan sistem distribusi satu tingkat
dengan menggunakan pengecer sejak tahun 1997. Pada tahun 1997 roti
Unyil Venus mulai dikenal dan disukai oleh konsumen yang berasal dari 50
dalam dan luar kota. Sehingga pengecer digunakan sebagai upaya untuk
memperluas jaringan pemasaran dan mempermudah konsumen dalam
memperoleh produk roti Unyil Venus. Pada tahun 1999 tidak terjadi
penambahan jumlah pengecer karena pada saat itu terjadi kenaikan harga
roti Unyil Venus yang awalnya Rp 600,00 menjadi Rp 700,00.
Perkembangan jumlah pengecer mengalami lonjakan antara tahun
2001 hingga 2002 dimana terdapat penambahan jumlah pengecer yang
mencapai 83%. Penjualan roti Unyil Venus mencapai puncaknya pada
tahun 2001 hingga 2002. Pada tahun 2003 volume penjualan roti Unyil
Venus mulai mengalami penurunan dan tidak terjadi penambahan jumlah
pengecer.
Setelah melewati tahun 2003, Venus Bakery mulai dapat menata
kembali sistem penjualannya meskipun tetap mengalami penurunan
volume penjualan. Sejak tahun 2004 jumlah pengecer Venus Bakery
bertambah, hanya saja jumlah pertambahannya setiap tahun tergolong
stabil (rata-rata 3 pengecer per tahun). Pengecer mengalami penurunan
volume penjualan sejak dua tahun terakhir (2004). Pertambahan pengecer
tidak mampu meningkatkan volume penjualan roti Unyil Venus karena
volume penjualan pengecer menurun seiring pertambahan jumlah
pengecer.
Venus Bakery melimpahkan wewenang untuk menyalurkan
produknya di tempat-tempat tertentu kepada beberapa “pengecer” atas
inisiatif “pengecer” itu sendiri sehingga dapat disimpulkan bahwa strategi
distribusi yang diterapkan dapat dikategorikan sebagai distribusi selektif
yang bersifat “pasif”. Melalui distribusi “pasif” yang diterapkan, pihak
pemilik Venus Bakery berharap bisa meningkatkan volume penjualan
(khususnya pada hari Senin hingga Jumat) tanpa harus mengeluarkan
banyak biaya untuk pemasaran. Distribusi “pasif” ini akan memberikan
tingkat keuntungan yang lebih tinggi bagi Venus Bakery, namun sistem
distribusi yang bersifat pasif dalam jangka panjang dapat berdampak
negatif bagi suksesnya usaha roti. Hal ini disebabkan oleh banyaknya
aspek kegiatan “pengecer” yang tidak terkendali. Untuk itu Venus Bakery51
seyogyanya membuat pedoman atau prosedur yang berisikan berbagai
peraturan terkait dengan sistem distribusi pengecer.
Sistem distribusi yang diterapkan Venus Bakery agak berbeda
dengan bakery lain. Venus Bakery memilih menggunakan pengecer untuk
memperluas wilayah pemasaran dan menjalin kerjasama dengan sistem
beli putus. Sistem beli putus ini termasuk sistem yang beresiko tinggi, baik
bagi bagi Venus Bakery maupun bagi pengecer. Pihak pengecer tentu akan
sangat khawatir bila roti Unyil yang mereka jual tidak laku atau tidak
habis, karena resiko akan ditanggung sendiri oleh pengecer. Pihak pemilik
Venus Bakery pun beresiko mengalami perusakan citra perusahaan apabila
pengecer ternyata melakukan penyimpangan. Karena itulah masingmasing pihak berupaya untuk mengantisipasi kemungkinan buruk
tersebut.
Para pengecer mengambil roti Unyil Venus dalam jumlah terbatas,
dan pihak Venus Bakery membatasi jumlah roti Unyil yang diambil
pengecer (tidak boleh lebih dari 3.500 buah roti Unyil per hari). Jumlah
rata-rata pembelian roti Unyil oleh pengecer dapat dilihat pada Tabel 9.
Selain itu pemilik Venus Bakery juga tidak bertanggungjawab atas roti
Unyil Venus yang dijual oleh pengecer apabila ada pembeli yang
complain. Tabel distribusi rata-rata roti Unyil Venus per hari pada bulan
Februari 2006 dapat dilihat pada Tabel 10.
Tabel 9. Jumlah rata-rata pembelian roti Unyil oleh pengecer (Februari
2006)
Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa pada hari Senin sampai
Jumat, jumlah pembelian roti Unyil oleh pengecer paling banyak berkisar
Jumlah
(roti)
Hari
Senin-
Kamis
(orang)
(%) Jumat
(orang)
(%) Sabtuminggu
(orang)
(%)
< 600 2 11,8 2 11,8 2 11.8
600-1000 12 70,6 12 70,6 9 53.0
1001-2000 2 11,8 2 11,8 4 23.5
> 2000 1 5,9 1 5,9 2 11.8
Jumlah 17 100 17 100 17 100 52
antara 600 sampai 1000 roti (70,6%). Pada hari Sabtu dan Minggu, jumlah
pembelian roti Unyil oleh pengecer terbanyak berkisar antara 600 sampai
2000 roti (76,5%) dengan rincian 53% untuk jumlah pembelian 600-1000
roti dan 23,5% untuk jumlah pembelian 1001-2000 roti.
Peningkatan ini disebabkan oleh jumlah pengunjung dari luar kota
yang biasa berkunjung pada hari libur dan orang-orang daerah Bogor yang
biasa jalan-jalan dan berbelanja pada hari Minggu, sehingga berpengaruh
pada peningkatan konsumsi roti Unyil Venus. Dari 17 orang pengecer, ada
seorang pengecer (6,67%) yang berjualan 3.500 roti untuk hari Senin
hingga Kamis dan 3.000 roti untuk hari Jumat. Pengecer ini menjual roti
terbanyak karena cara penjualannya yang unik, yaitu roti Unyil Venus
didistribusikan ke sebelas gedung perkantoran di kota Jakarta. Namun,
pada hari Sabtu dan Minggu, pengecer tidak dapat berjualan karena
perkantoran tutup.
Tabel 10. Distribusi rata-rata roti Unyil Venus per hari (Februari 2006)
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa jumlah total
penjualan rata-rata pengecer pada hari Senin sampai dengan Kamis adalah
sebesar 17.400 buah, hari Jumat adalah 16.900 buah, dan hari Sabtu
Minggu sebesar 20.950. Perbedaan jumlah total penjualan rata-rata setiap
harinya disebabkan oleh beberapa faktor tergantung lokasi penjualan. Bagi
pengecer yang berlokasi di sekitar pertokoan atau daerah yang ramai
pengunjung, hari Sabtu dan Minggu jumlah penjualan dapat meningkat
drastis. Hal ini berbeda nyata dengan pengecer yang berjualan di area
perkantoran. Pada hari menjelang akhir pekan seperti hari Jumat,
penjualan akan menurun, sehingga pengecer memutuskan untuk
mengurangi jumlah roti Unyil yang diambil dari pusat. Bahkan pada saat
Hari Pengecer
Jumlah
(roti)
(%)
Senin 17.450 37,8
Selasa s/d Kamis 17.400 37,7
Jumat 16.900 36,6
Sabtu dan Minggu 20.950 26,6
Rata-rata 18.350 34,453
akhir pekan pengecer tidak berjualan sama sekali karena perkantoran
tutup.
Pada hari Senin hingga Jumat, umumnya total penjualan akan
stabil sehingga jumlah pengambilan roti biasanya sama, namun
berdasarkan data, diketahui bahwa penjualan hari Senin lebih tinggi
sedikit dibandingkan hari Selasa sampai Kamis. Hal ini disebabkan salah
satu pengecer berjualan lebih banyak pada hari Senin karena ada kegiatan
rutin yang mengundang banyak orang pada setiap hari Senin.
Venus Bakery memutuskan untuk memberikan kebebasan penuh
kepada pengecer untuk menjual roti Unyil Venus dengan cara apapun.
Venus Bakery juga tidak menetapkan lokasi-lokasi penjualan pengecer.
Hal ini yang menyebabkan terjadinya perbedaan mencolok antara Venus
Bakery dan Bakery lain. Walau bagaimanapun, sisi positifnya adalah
berbagai cara penjualan dan keadaan pengecer dapat menciptakan
keunikan sistem distribusi tersendiri bagi Venus Bakery.
4. Promosi
Promosi bertujuan selain untuk memperkenalkan produk juga
untuk meningkatkan volume penjualan, memenangkan persaingan, serta
menciptakan brand image suatu produk. Kegiatan promosi berkaitan
dengan cara untuk menyebarkan informasi tentang produk kepada pasar.
Venus Bakery tidak melakukan promosi secara besar-besaran dalam
memperkenalkan produknya. Sebagian besar promosi yang dilakukan
merupakan promosi secara tidak langsung.
Salah satu jenis promosi yang dapat dilakukan adalah promosi
periklanan. Venus Bakery tidak terlalu gencar dalam melakukan promosi
periklanan. Promosi dengan iklan hanya dilakukan Venus Bakery dalam
bentuk kemasan. Kemasan yang digunakan untuk produk Venus Bakery
selalu menggunakan logo dan nama merk perusahaan.
Sarana promosi lain yang dilakukan adalah dengan memberikan
merk atau nama Venus Bakery di setiap sarana penjualan baik di pusat
maupun di toko milik pengecer. Pengecer dapat membuat spanduk dan 54
media promosi lainnya sebanyak mungkin untuk memperkenalkan toko
mereka. Hanya saja pemilik tidak memberikan bantuan/fasilitas apapun
bagi promosi yang dilakukan oleh pengecer. Pengecer dapat meniru format
huruf dan logo Venus Bakery apabila ingin membuat media promosi.
Sehingga Venus Bakery tidak mengeluarkan biaya tinggi untuk promosi.
Meskipun tidak ada aturan mengenai format huruf dan logo Venus Bakery
bagi pengecer, namun pengecer tentu saja meniru format tersebut karena
merk Venus Bakery yang terpampang di toko pengecer merupakan alat
promosi utama mereka. Apabila tidak meniru format dari pusat, pengecer
akan mengalami kerugian karena kemungkinan konsumen akan
menganggap roti Unyil Venus yang mereka jual merupakan produk palsu.
Kegiatan perusahaan untuk menjajakan produknya sedemikian
rupa dengan cara penempatan dan pengaturan tertentu dapat menarik
konsumen. Cara ini dapat mempermudah pembeli untuk melihatnya
sehingga produk tersebut akan menarik bagi konsumen. Pemasaran dengan
menggunakan banyak pengecer yang menggunakan toko menunjukkan
bahwa Venus Bakery telah melakukan promosi penjualan (sales
promotion).
C. Penerapan Sistem Distribusi Satu Tingkat
1. Profil Pengecer Venus Bakery
Responden yang digunakan dalam penelitian ini adalah pengecer
roti Unyil Venus yang berada di dalam dan luar kota Bogor. Jumlah
responden dalam penelitian ini adalah sebanyak 17 orang. Kondisi umum
yang dikaji dalam penelitian meliputi latar belakang pengecer. Latar
belakang pengecer mencakup jenis kelamin, usia, dan tingkat pendidikan.
Identitas dan lokasi pengecer roti Unyil Venus dapat dilihat pada
Lampiran 2. Hasil pengelompokkan responden berdasarkan jenis kelamin
dapat dilihat pada Tabel 11. 55
Tabel 11. Komposisi responden berdasarkan jenis kelamin
Jenis Kelamin Jumlah (orang) Komposisi (%)
Pria 16 94,1
Wanita 1 5,9
Jumlah 17 100
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa sebagian besar jenis
kelamin pengecer adalah pria (94,1%). Sedangkan pengecer yang berjenis
kelamin wanita berjumlah 5,9%. Pengecer umumnya berjenis kelamin pria
karena untuk menjadi pengecer dibutuhkan tenaga yang kuat seperti pada
saat mengambil dan membawa roti ke lokasi penjualan, waktu kerja yang
panjang dan tak menentu juga menjadi salah satu alasan mengapa
sebagian besar pengecer berjenis kelamin pria.
Beberapa pengecer yang menjual Venus Bakery tidak secara
langsung menjaga toko miliknya. Dari 17 pengecer Venus Bakery, 6
diantaranya memiliki asisten untuk membantu pada saat berjualan. Pada
umumnya mereka menggaji asisten untuk menjaga toko mereka dengan
gaji rata-rata antara Rp 20.000,- hingga Rp 25.000,- per hari dengan bonus
tertentu jika si penjual berhasil melebihi target penjualan. Para pegawai
akan menyetorkan hasil penjualan mereka kepada pemilik toko per hari
atau per minggu tergantung kesepakatan bersama.
Tidak semua pengecer memiliki hak penuh atas hasil penjualan roti
Unyil Venus. Dari 17 pengecer roti Unyil Venus, 3 pengecer
menggunakan sistem kerjasama dengan pemilik modal dalam menjual roti
Unyil Venus. Pengecer dan pemberi modal akan membagi hasil yang
mereka peroleh dengan perbandingan 5% untuk pemberi modal dan 10%
untuk pengecer. Pemberi modal biasanya menyediakan sarana penjualan
seperti tempat, etalase atau gerobak, dan spanduk-spanduk, sehingga
pengecer hanya bertugas mengambil dan berjualan roti Unyil setiap hari.
Usia juga mempengaruhi kemampuan untuk bekerja. Pada
penelitian ini responden dikelompokkan menjadi 3 kelompok, yaitu
kelompok usia muda (< 25 tahun), kelompok usia produktif (25-45 tahun),
dan kelompok usia tua/non produktif ( > 46 tahun). Pengelompokkan
responden berdasarkan usia dapat dilihat pada Tabel 12. Berdasarkan tabel 56
diketahui bahwa bahwa 52,9% dari pengecer berada pada usia produktif,
29,4% berada pada usia muda, dan 17,7% berada pada usia tua (non
produktif).
Tabel 12. Jumlah responden berdasarkan kelompok usia
Kelompok Usia Jumlah Komposisi (%)
20-24 5 29,4
25-35 5 29,4
36-45 4 23,5
46-55 1 5,9
> 55 2 11,8
Jumlah 17 100
Pekerjaan sebagai pengecer termasuk ke dalam wiraswasta.
Menurut Longenecker dan Moore di dalam Ningsih (2004) dinyatakan
bahwa wiraswasta yang perlu dipromosikan adalah yang berumur 25-45
tahun. Usia lebih muda (kurang dari 25 tahun) berarti masih kurang
berpengalaman. Usia lebih tua (diatas 55 tahun) kemampuan fisik, daya
pikir, dan ingatannya sudah menurun.
Tingkat pendidikan merupakan salah satu unsur yang perlu
diperhitungkan dalam keberhasilan suatu usaha. Tingkat pendidikan yang
tinggi akan membuat seseorang lebih berhati-hati dalam bersikap dan
mengambil keputusan. Dalam penelitian ini tingkat pendidikan yang ingin
dilihat adalah tingkat pendidikan formal. Tingkat pendidikan formal yang
telah dicapai pengecer dikelompokkan menjadi 4 kelompok.
Pengelompokkan responden berdasarkan tingkat pendidikan dapat dilihat
pada Tabel 13.
Tabel 13. Jumlah responden berdasarkan tingkat pendidikan formal
Tingkat pendidikan Jumlah (orang) Komposisi (%)
Sekolah Dasar 1 5,9
Sekolah Menengah Pertama 3 17,6
Sekolah Menengah Atas 8 47,1
Diploma/Sarjana 5 29,4
Jumlah 17 100
Berdasarkan tabel tersebut dapat disimpulkan bahwa sebagian
besar pengecer memiliki pendidikan terakhir minimal Sekolah Menengah 57
Pertama (94,1%). Data tersebut menunjukkan bahwa tingkat pendidikan
rata-rata pengecer Venus Bakery tergolong tinggi, bahkan pengecer yang
pendidikan terakhirnya Diploma/sarjana mencapai 29,4%. Karena itu dapat
disimpulkan bahwa orang-orang yang berminat untuk menjadi pengecer
Venus Bakery merupakan orang-orang berpendidikan tinggi yang memiliki
wawasan untuk memperoleh pendapatan dari profesi sebagai pengecer.
Tingkat pendidikan para pengecer ini juga berhubungan dengan dasar
pendirian usaha masing-masing pengecer. Dasar pendirian usaha masingmasing pengecer dapat dilihat pada Tabel 14.
Tabel 14. Dasar pendirian usaha pengecer
Alasan Jumlah
(orang)
Komposisi (%)
Prospek cerah 8 47,1
Pengaruh teman/saudara 1 5,9
Sulit untuk cari kerja 3 17,6
Ingin memiliki usaha sendiri 5 29,4
Jumlah 17 100
Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa 47,1% pengecer
mendirikan usaha karena prospeknya yang cerah. Berdasarkan alasan
utama diatas, yaitu prospek yang cerah, dapat diketahui bahwa tingkat
pendidikan seseorang akan berhubungan dengan alasan pendirian usaha.
Tingkat pendidikan para pengecer yang relatif tinggi tersebut diduga
memberi kemampuan analisis keuangan yang cukup baik, sehingga
mereka memutuskan untuk menjadi pengecer. Para pengecer cenderung
mempunyai alasan yang logis dan realistis karena mereka memiliki
pendidikan yang cukup tinggi.
Pengalaman berusaha di suatu bidang akan memberikan tambahan
pengetahuan yang akan mempengaruhi sikap dalam mengelola usaha.
Pengalaman ini diperoleh langsung saat menjalankan usaha. Data
pengecer berdasarkan lama usaha dapat dilihat pada Tabel 15.
58
Tabel 15. Jumlah pengecer berdasarkan lama usaha
Lama Usaha Jumlah (orang) Komposisi (%)
3-12 bulan 3 17,65
13-24 bulan 3 17,65
25-48 bulan 4 23,5
> 48 bulan 7 41,2
Jumlah 17 100
Berdasarkan lama usaha, sebagian besar pengecer (82,35%) telah
menjadi pengecer roti Unyil Venus Bakery lebih dari satu tahun, bahkan
41,2% diantaranya telah menjalankan usaha lebih dari 4 tahun. Fakta ini
menunjukkan bahwa profesi sebagai pengecer roti Unyil Venus telah
menjadi profesi yang mantap. Pengecer maupun pemilik telah menjalin
kerjasama dengan baik sehingga menguntungkan dua belah pihak.
2. Lokasi dan Area Distribusi serta Cara Penjualan Pengecer
Sampai pada bulan Februari 2006, total pengecer Venus Bakery
adalah tujuh belas orang. Pengecer menjual roti Unyil Venus di berbagai
tempat di dalam dan luar kota Bogor. Berdasarkan hasil observasi,
diketahui bahwa tiga orang pengecer menjual roti Unyil Venus di luar kota
Bogor dan empat belas orang pengecer menjual roti Unyil Venus di kota
Bogor. Dari tujuh belas orang pengecer roti Unyil Venus diketahui ada
seorang pengecer yang tidak terdaftar oleh pusat, karena pengecer
mengambil roti Unyil dari pengecer lain yang langsung berhubungan
dengan pusat.
Pemilik tidak menetapkan aturan tertulis mengenai ketentuan
penjualan oleh pengecer, namun pemilik seringkali mengingatkan agar
pengecer hanya menjual roti Unyil Venus yang mereka beli dari pusat
untuk lokasi penjualan mereka sendiri. Ada seorang pengecer yang
ternyata menjual sebagian roti Unyil Venus yang dibeli dari Venus Bakery
kepada pengecer lain. Hal ini terjadi karena sangat sulit mendapatkan
kepercayaan dan izin membuka toko baru dari pemilik.
Lokasi penjualan pengecer Venus Bakery (dapat dilihat pada
lampiran 5) tersebar di berbagai wilayah secara tidak merata karena
penambahan jumlah pengecer yang bertahap setiap tahunnya. Data lokasi 59
penjualan pengecer dan area (cakupan wilayah) per kecamatan dapat
dilihat pada Tabel 16.
Tabel 16. Lokasi dan area penjualan pengecer roti Unyil Venus per
kecamatan
Kecamatan Jumlah
Pengecer
(orang)
Komposisi
(%)
Area
Bogor Utara 5 29,4 Sempit
Bogor Timur 3 17,65 Sempit
Bogor Barat 1 5,9 Luas
Bogor Tengah 4 23,5 Sempit
Tanah Sareal 1 5,9 Luas
Luar Kota Bogor 3 17,65 Luas
Jumlah 17 100
Berdasarkan tabel 18 diketahui bahwa 70,55% pengecer terletak di
Kecamatan Bogor Utara, Bogor Tengah, dan Bogor Timur. Pemilihan
lokasi penjualan pengecer sudah cukup baik karena tiga kecamatan
tersebut merupakan pusat keramaian yang selalu dipenuhi dengan lalu
lalang kendaraan dan orang, baik hari kerja maupun akhir pekan.
Sedangkan 17,65% pengecer berlokasi di luar kota Bogor, yang terdiri
dari 1 pengecer di Kabupaten Bogor, 1 pengecer di Cipayung, dan 1
pengecer di Jakarta. Pemilihan lokasi di luar Bogor cukup menguntungkan
karena permintaan konsumen luar Bogor terhadap roti Unyil Venus yang
cukup banyak namun terdapat kesulitan menjangkau lokasi penjualan di
kota Bogor.
Berdasarkan penyebaran pengecer menurut kecamatan, dapat
diketahui area (cakupan wilayah pengecer). Pengecer yang berada pada
wilayah kecamatan Bogor Utara, Bogor Timur, dan Bogor Tengah
dikategorikan berarea sempit (70,55%) karena dalam satu kecamatan
terdiri dari beberapa pengecer. Sedangkan pengecer yang berada pada
wilayah Bogor Barat, Tanah Sareal, dan luar Bogor dikategorikan berarea
luas (29,45%) karena dalam satu wilayah hanya terdiri dari satu pengecer.
Cakupan wilayah tidak terlalu berpengaruh pada volume penjualan, karena
meskipun cakupan wilayah sempit, tingkat penjualan pengecer cukup
bersaing dengan cakupan wilayah luas. 60
Seluruh lokasi penjualan dapat dikategorikan berada dalam lokasi
strategis karena berada di lingkungan yang cukup ramai. Berikut akan
disajikan tabel lokasi penjualan berdasarkan lingkungan penjualan.
Tabel 17. Lokasi penjualan berdasarkan lingkungan penjualan
Lingkungan Penjualan Jumlah
Pengecer
Komposisi
(%)
Dekat pusat perbelanjaan 6 35,3
Dekat terminal/stasiun 3 17,6
Dekat pusat perkantoran 1 5,9
Pinggir jalan
(lalu lalang orang/kendaraan)
7 41,2
Jumlah 17 100
Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa 41,2% pengecer
berlokasi di pinggir jalan yang menjamin kemudahan konsumen dalam
menjangkau lokasi penjualan. Namun lokasi yang terletak pada jalan
bebas hambatan dimana sebagian besar kendaraan melaju dengan
kencang, dapat mempengaruhi jumlah penjualan per hari (Lampiran 3).
Sebanyak 35,3% pengecer berada pada lingkungan dekat pusat
perbelanjaan sehingga mudah terlihat oleh konsumen yang sedang
berbelanja. Seluruh pengecer yang berlokasi di pusat perbelanjaan ratarata mampu menjual lebih dari 500 buah roti Unyil Venus per hari.
Menurut Marlina (2005), konsumen memiliki tempat pembelian
roti Unyil Venus favorit. Pertimbangan pemilihan tempat tersebut antara
lain dekat dengan kantor, dekat dengan rumah, mutu lebih terjamin,
produk lebih lengkap, pelayanan lebih baik, keperluan lain, dan kurang
informasi (Tabel 18).
Tabel 18. Pertimbangan pemilihan tempat pembelian roti Unyil
Alasan Jumlah
(orang)
Komposisi (%)
Dekat dengan rumah 17 18,89
Dekat dengan kantor 8 8,89
Produk lebih lengkap 11 12,22
Pelayanan lebih baik 2 2,22
Mutu lebih terjamin 6 6,67
Keperluan lain 25 27,78
Kurang informasi 21 23,33
Jumlah 90 100 61
Dari 90 responden yang ditanyakan, 27,78% dasar pemilihan
tempat pembelian roti Unyil Venus karena ada keperluan lain, contohnya
adalah pada tempat pembelian roti Unyil Venus di Taman Topi. Pada saat
responden sedang rekreasi bersama keluarga di Taman Topi, mereka
membeli roti Unyil Venus sebagai makanan selingan. Selain itu keperluan
lain responden adalah membeli roti Unyil Venus ketika akan ke stasiun
kereta api. Lokasinya yang dekat dengan stasiun kereta api membuat
konsumen sekalian membeli roti Unyil Venus, baik untuk dikonsumsi
dalam kereta maupun sebagai oleh-oleh bagi keluarga dan teman di rumah.
Dasar pemilihan tempat pembelian yang lain adalah karena kurang
informasi mengenai tempat pembelian roti Unyil Venus yang lain
(23,33%). Hal ini dapat terjadi karena media promosi yang kurang dari
pengecer, seperti spanduk dan pamflet. Penyebab lainnya adalah karena
sebagian konsumen berasal dari luar Bogor, sehingga tidak mengetahui
lokasi dan perkembangan jumlah pengecer Venus Bakery.
Cara penjualan pengecer ditentukan oleh pengecer itu sendiri tanpa
campur tangan pihak Venus Bakery. Beberapa pengecer yang telah lama
bekerjasama dengan Venus Bakery umumnya telah beberapa kali pindah
lokasi penjualan. Berikut akan dikelompokkan pengecer berdasarkan
jumlah lokasi penjualan yang pernah dicoba.
Tabel 19. Pengelompokkan pengecer berdasarkan jumlah lokasi
penjualan yang pernah dicoba
Jumlah lokasi yang
pernah dicoba
Jumlah (orang) Komposisi (%)
1 10 58.8
2 5 29,4
3 2 11,8
Jumlah 17 100
Berdasarkan tabel diatas diketahui sekitar 58,8% pengecer tetap
konsisten dengan lokasi penjualan pertamanya. Sedangkan 29,4% telah dua
kali pindah lokasi penjualan, dan 11,8% telah tiga kali pindah lokasi
penjualan. Alasan dari pemindahan lokasi ini bermacam-macam,
diantaranya adalah lokasi yang kurang strategis, pembeli yang kurang 62
ramai, dan ongkos sewa yang naik. Namun pemindahan lokasi ini tidak
terlalu berdampak bagi omset penjualan para pengecer. Umumnya hanya
dibutuhkan waktu kurang dari sebulan untuk membuat pembeli mengetahui
lokasi baru Venus Bakery.
Tidak semua pengecer menyewa/memiliki toko/ruko sendiri untuk
menjual produk Venus Bakery, sebagian dari pengecer hanya menyewa
tempat yang cukup untuk sebuah etalase, sebagian lagi menjual produk
Venus Bakery dipinggir jalan dengan menggunakan gerobak atau mobil.
Berikut akan dikelompokkan pengecer berdasarkan cara penjualan.
Tabel 20. Pengelompokkan pengecer berdasarkan cara penjualan
Cara Penjualan Jumlah
(orang)
Komposisi
(%)
Menyewa toko/ruko 7 41,2
Menyewa tempat kecil 7 41,2
Menggunakan gerobak 2 11,7
Menggunakan mobil 1 5,9
Jumlah 17 100
Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa sebagian besar pengecer
(masing-masing 41,2%) menjual produknya dengan menyewa toko/ruko
dan tempat kecil. Pengecer yang menyewa toko/ruko atau tempat kecil
harus membayar sewa kepada pemilik toko/ruko setiap bulan atau
menerapkan sistem bagi hasil. Harga sewa tempat kecil lebih murah
dibandingkan toko/ruko. Sedangkan pengecer yang berjualan di pinggir
jalan dengan menggunakan mobil atau gerobak biasanya terbebas dari
biaya sewa, para pengecer hanya perlu membayar uang kebersihan dan
keamanan di daerah setempat. Berdasarkan keterangan dari pedagang
gerobak, permasalahan yang sering dihadapi adalah pada saat terjadi
penertiban oleh aparat. Pedagang gerobak harus ikut berlari
menyelamatkan diri bersama pedagang kaki lima lainnya.
Kelebihan pengecer yang berjualan di toko/ruko adalah umumnya
pengecer lebih dipercaya oleh pembeli. Pembeli akan berasumsi bahwa
pengecer tersebut menjual roti Unyil yang baru, sehingga pembeli tidak
ragu untuk membeli roti Unyil Venus di tempat tersebut. Sedangkan 63
pengecer yang berjualan di tempat kecil yang hanya cukup untuk satu
etalase atau menggunakan gerobak biasanya membuat pembeli ragu untuk
mencoba membeli roti Unyil Venus. Hal ini berbeda dengan pengecer
yang berjualan dipinggir jalan menggunakan mobil, biasanya pembeli
cukup percaya dan yakin untuk membeli di tempat itu, hanya saja modal
yang dikeluarkan untuk menyicil mobil pun tidak sedikit.
3. Jenis Produk yang Dijual Pengecer
Masing-masing pengecer menjual produknya dengan cara yang
berbeda-beda tergantung kreativitas masing-masing. Umumnya mereka
menjual produk lain selain roti Unyil Venus (Lampiran 4). Sebagian
pengecer juga menjual roti tawar dan roti keset produksi Venus Bakery.
Pada Tabel 21 dapat dilihat jumlah jenis produk selain roti Unyil Venus
yang dijual pengecer.
Tabel 21. Jumlah jenis produk yang dijual pengecer
Jumlah jenis
produk lain
yang dijual
Jumlah Pengecer
(orang)
Komposisi
(%)
0 6 35,3
1 3 17,65
2 4 23,5
3 3 17,65
4 1 5,9
Total 17 100
Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa sebagian besar pengecer
menjual produk selain roti Unyil Venus (64,7%). Data pada Lampiran 4
menunjukkan bahwa produk Venus Bakery yang lain seperti roti tawar dan
roti keset hanya dijual oleh 1 pengecer (5,9%). Hal ini membuktikan
bahwa sebagian besar pengecer mengandalkan roti Unyil Venus sebagai
produk unggulan Venus Bakery dan penjualan produk Venus Bakery yang
lain seperti roti keset dan roti tawar belum dapat menyaingi minat
konsumen terhadap roti Unyil Venus.
Para pengecer menjual produk lain (brownies, kue basah, snack,
minuman, dan asinan) dengan alasan untuk memenuhi etalase yang kurang
penuh dan untuk menambah jumlah pendapatan. Kue basah dan snack64
dititipkan orang lain untuk dijualkan oleh pengecer Venus Bakery dengan
sistem kerjasama titip jual, sehingga pengecer dapat mengembalikan
produk jika tidak terjual.
4. Persyaratan dan Fasilitas Distribusi
Pemilik harus mengenal dekat si calon pengecer sebelum
memperbolehkannya menjadi pengecer roti Unyil Venus. Cara para calon
pengecer untuk mendapatkan informasi tentang Venus Bakery pun
berbeda-beda. Berikut akan disajikan tabel mengenai cara memperoleh
informasi untuk menjadi pengecer.
Tabel 22. Cara pengecer memperoleh informasi
Cara memperoleh Infomasi Jumlah (orang) Komposisi (%)
Dari teman/saudara 6 35,3
Dari pemilik 8 47,1
Coba-coba 3 17,6
Jumlah 17 100
Berdasarkan tabel tersebut dapat diketahui bahwa 47,1% dari
pengecer mendapatkan informasi dari pemilik sehingga pemilik dapat
dengan mudah mempercayai para pengecer. Pengecer yang mendapatkan
informasi langsung dari pemilik biasanya adalah pekerja lepas Venus
Bakery yang sering membantu pada hari Sabtu, Minggu, dan libur. Selain
itu dapat pula rekanan bisnis yang mau mengembangkan bisnis bakery.
Pengecer yang mendapatkan informasi dari teman/saudara berjumlah
35,3%. Teman/saudara si calon pengecer harus dapat meyakinkan pemilik
bahwa yang mereka perkenalkan kepada pemilik merupakan orang yang
dapat dipercayai. Teman/saudara si calon pengecer tersebut harus sudah
kenal dekat dengan pemilik, biasanya mereka adalah para pekerja di Venus
Bakery. Teman/saudara si calon pengecer harus bertanggungjawab jika
pengecer yang direkomendasikan bermasalah.
Pengecer yang mendapatkan informasi melalui coba-coba datang
ke pusat dan meminta untuk menjadi pengecer berjumlah 17,6%. Namun
para calon pengecer ini harus bekerja keras meyakinkan pemilik agar
diizinkan menjadi pengecer. Pemilik akan melihat dan mengamati calon
pengecer selama kurang lebih satu bulan. Selama satu bulan itu calon 65
pengecer dapat menjadi pekerja lepas di Venus Bakery. Pemilik baru
memperbolehkannya menjadi pengecer setelah melihat hasil kerja calon
pengecer. Setelah berhasil dan telah mengenal pemilik dengan baik,
biasanya pengecer mencoba memperkenalkan teman atau saudaranya agar
dapat juga membuka usaha sebagai pengecer.
Pemilik Venus Bakery tidak menetapkan harga jual secara detail,
pihak Venus Bakery hanya menetapkan bahwa pengecer tidak boleh
menjual dibawah harga bagi konsumen (Rp 900,00), tetapi boleh menjual
dengan harga lebih tinggi asalkan resiko ditanggung sendiri oleh pengecer.
Pengecer yang berlokasi di Cipayung dan Jakarta menjual roti Unyil
dengan harga satuan Rp 1.000,00, sedangkan pengecer di daerah Bogor
menjualnya dengan harga Rp 900,00. Pengecer yang berlokasi diluar kota
Bogor dapat menjual dengan harga lebih tinggi dengan alasan biaya
transportasi.
Venus Bakery tidak menyediakan fasilitas-fasilitas khusus kepada
pengecer. Biaya sewa, etalase, dan spanduk harus dipenuhi oleh pengecer
tanpa bantuan pemilik. Pemilik hanya menyediakan kemasan seperti
plastik dan kotak karton dengan jumlah yang tidak dibatasi. Pengecer
dapat mengambil plastik dan kotak karton secara bebas apabila persediaan
mereka habis. Pemilik Venus Bakery akan mencatat jumlah dan waktu
pengambilan kemasan, hanya saja pencatatan itu tidak terlalu berpengaruh
bagi pengecer karena tetap tidak ada peraturan yang tegas tentang batasan
penggunaan kemasan. Untuk menghindari kemungkinan penyalahgunaan
kemasan, pemilik akan menerapkan peraturan baru, dimana pengecer
harus membeli kotak karton dan plastik yang mereka ambil dari Venus
Bakery.
5. Keadaan Keuangan dan Cara Pembayaran Pengecer
Para pengecer Venus Bakery membutuhkan modal yang cukup
untuk dapat berjualan. Jumlah modal awal pengecer berbeda-beda
tergantung kebutuhan dan cara berjualan pengecer. Berikut akan
dikelompokkan pengecer berdasarkan modal awal yang digunakan. 66
Tabel 23. Pengelompokkan pengecer berdasarkan modal awalnya
Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa 64,7% pengecer
menggunakan modal awal antara Rp 1.000.000,00 hingga Rp
3.000.000,00. Modal awal ini biasa digunakan untuk membeli etalase,
membuat spanduk, biaya sewa bulan pertama, dan biaya pembelian roti
hari pertama. 17,65% pengecer menggunakan modal awal kurang dari Rp
1.000.000,00. Pengecer yang menggunakan modal cukup murah ini
biasanya menjalin sistem kerjasama lagi dengan pihak lain, seperti pemilik
toko. Pengecer menerapkan sistem bagi hasil dengan pemilik toko sesuai
perjanjian. 17,65% pengecer menggunakan modal awal diatas Rp
3.000.000,00. Pengecer umumnya menggunakan mobil dalam
pengangkutan atau berjualan atau menyewa toko yang cukup luas dengan
kondisi yang nyaman dan spanduk atau iklan dalam jumlah banyak
sehingga membutuhkan modal yang lebih besar.
Sistem kerjasama yang diterapkan oleh pemilik dan pengecer
adalah sistem beli putus dimana pengecer tidak dapat mengembalikan sisa
roti yang tidak terjual kepada pemilik. Sistem bagi hasil yang diterapkan
adalah sistem diskon. Pengecer mendapatkan potongan harga sebesar 15%
dari harga jual roti. Rumus perhitungan harga beli pengecer adalah sebagai
berikut:
Pengecer dapat memesan roti Unyil Venus melalui telepon pada
sore hari (maksimal pukul 20.00) untuk diambil besok paginya. Pengecer
dapat membayar roti Unyil Venus yang diambil pada pagi hari (saat
Modal awal Jumlah
(orang)
Komposisi
(%)
< Rp1.000.000,00 3 17,65
Rp1.000.000,00-Rp 3.000.000,00 11 64,7
> Rp 3.000.000,00 3 17,65
Jumlah 17 100
Harga beli Pengecer = harga jual roti – (15% x harga jual roti)
= Rp 900,00 – (15% x Rp900,00)
= Rp 765,00,0067
pengambilan) atau sore hari (setelah berjualan). Jumlah responden yang
diikutsertakan dalam perhitungan persentase jumlah jenis pembayaran
adalah 16 pengecer pada hari Senin hingga Jumat dan 15 pengecer pada
hari Sabtu dan Minggu karena 1 orang pengecer tidak mengambil roti
Unyil Venus secara langsung dan 1 orang pengecer lagi tidak berjualan
pada hari Sabtu dan minggu. Berikut akan dikelompokkan pengecer
berdasarkan cara pembayarannya.
Tabel 25. Pengecer berdasarkan cara pembayaran kepada pemilik
Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa 43,75% pengecer
membayar produk Venus Bakery yang dibeli secara langsung pada saat
pembelian dan 56,25% pengecer membayar produk Venus Bakery yang
diberi secara tidak langsung atau pada sore hari setelah roti terjual.
Pemilik menetapkan agar pengecer langsung membayar roti Unyil Venus
yang diambil, namun pemilik tidak memaksa jika pengecer belum dapat
membayar pada saat pembelian.
6. Penanganan Produk
Penanganan merupakan hal penting dalam mempertahankan mutu
produk. Urutan penanganan roti Unyil Venus bagi pengecer dapat dilihat
pada diagram alir berikut.
Pengemasan roti Unyil Venus
↓
Penyimpanan sementara roti Unyil Venus
↓
Pengambilan roti Unyil Venus oleh pengecer
↓
Penataan roti Unyil Venus di toko pengecer
↓
Proses penjualan roti Unyil Venus
↓
Pembersihan toko dan alat-alat
Gambar 12. Diagram alir penanganan roti Unyil Venus
Cara pembayaran Jumlah (orang) Komposisi (%)
Langsung (pagi hari) 7 43,75
Tidak langsung (sore hari) 9 56,25
Jumlah 16 100 68
6.1 Pengemasan roti Unyil Venus
Roti Unyil Venus yang telah matang akan dikemas oleh
penjaga outlet dengan karton box untuk ukuran 50 buah (Gambar 13).
Setiap jenis roti Unyil Venus dikemas dalam karton box yang sama,
kecuali jika ada pesanan khusus dari pengecer. Salah satu contoh
pesanan khusus itu adalah pengecer meminta penjaga outlet untuk
menggabungkan berbagai jenis roti Unyil Venus sejumlah 50 buah
untuk kemudahan pelayanan (biasanya dipesan pada akhir pekan).
Jenis-jenis roti Unyil Venus yang dikemas sesuai dengan pesanan
pengecer. Roti Unyil Venus yang telah dikemas dengan karton box
kemudian diberi tanda sesuai jenisnya dan dimasukkan ke dalam
plastik putih.
Gambar 13. Roti Unyil Venus yang telah dikemas
6.2 Penyimpanan sementara roti Unyil Venus
Roti Unyil Venus siap kemas akan disimpan sementara
sebelum diambil oleh pengecer. Gambar roti Unyil Venus yang telah
siap untuk diambil pengecer dapat dilihat pada gambar 14.
Gambar 14. Roti Unyil Venus yang telah siap untuk diambil pengecer
Berdasarkan gambar tersebut, dapat dilihat bahwa sebagian
roti Unyil Venus diletakkan dilantai sebelum diambil pengecer. Roti
Unyil yang diletakkan di lantai dapat menimbulkan kontaminasi 69
karena banyaknya orang yang berlalu lalang di sekitar tempat
penyimpanan sementara. Dalam rangka menjaga dan mempertahankan
mutu roti Unyil Venus, sebaiknya disediakan ruangan khusus yang
terdiri dari rak-rak untuk menyimpan roti Unyil Venus pesanan
pengecer, sehingga tidak akan terjadi penumpukan roti Unyil dilokasi
outlet.
6.3 Pengambilan roti Unyil Venus oleh pengecer
Pengecer Venus Bakery mengambil produk dengan waktu dan
jumlah yang berbeda-beda sesuai perjanjian. Pengecer juga dapat
mengambil roti Unyil Venus dari pusat lebih dari satu kali dengan
resiko jumlah pengeluaran untuk ongkos pengambilan lebih tinggi.
Jumlah responden yang diikutsertakan dalam perhitungan
persentase jumlah pengambilan per hari adalah 16 pengecer pada hari
Senin hingga Jumat dan 15 pengecer pada hari Sabtu dan Minggu.
Sebagian besar pengecer mengambil roti Unyil Venus satu kali sehari
(tabel 30), baik pada hari Senin hingga Jumat (81,25%) ataupun hari
Sabtu dan Minggu (73,3%). Alasan utama pengambilan satu kali sehari
adalah untuk menghemat biaya yang dikeluarkan pada saat
pengambilan dan untuk kepraktisan.
Pengecer tidak terlalu mementingkan roti yang hangat saat
dijual, sebagian besar pengecer hanya berprinsip bahwa roti yang
dijual harus tetap bermutu baik. Pengecer yang mengambil roti Unyil
Venus dua kali satu hari juga mempunyai alasan yang bermacammacam. Alasan lain selain untuk menjaga slogan “Fresh From The
Oven” adalah untuk berjaga-jaga supaya roti tidak bersisa. Pada kasus
ini, pengecer sengaja mengambil roti Unyil Venus dengan jumlah
sedikit pada pengambilan pertama karena khawatir roti Unyil yang
dijual bersisa banyak. Setelah persediaan roti Unyil Venus di toko
pengecer hampir habis, maka pengecer akan mengambil roti Unyil
Venus lagi di pusat. Biasanya hal ini terjadi bagi pengecer yang baru
membuka toko atau baru pindah lokasi penjualan. 70
Tabel 26. Jumlah rata-rata pengambilan roti Unyil per hari oleh
pengecer
Produk Venus Bakery khususnya roti Unyil Venus dibawa
oleh pengecer dengan berbagai cara. Pengecer dapat membawa roti
Unyil menggunakan angkot, mobil, atau motor. Pengelompokkan
pengecer berdasarkan alat transportasi yang digunakan dapat dilihat
pada Tabel 27.
Tabel 27. Pengelompokkan pengecer berdasarkan alat transportasi
Alat transportasi Jumlah
(orang)
Komposisi
(%)
Mobil 2 11.8
Motor 11 64.7
Angkot 4 23.5
Jumlah 17 100
Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa 64,7% pengecer
menggunakan motor untuk membawa roti Unyil Venus. Motor banyak
digunakan karena memiliki beberapa keunggulan, yaitu cepat dan
ekonomis. Hanya saja apabila kurang hati-hati, roti yang dibawa akan
terjatuh dan rusak. Kelemahan lainnya adalah roti dapat dengan mudah
terkontaminasi oleh udara, sehingga roti akan mengalami penurunan
mutu. Berikut akan disajikan gambar para pengecer yang sedang
membawa roti Unyil Venus di motor.
(a) (b)
Jumlah
Pengambilan
Hari Komposisi (%)
Senin s/d
Jumat
Sabtu dan
Minggu
Senin s/d
Jumat
Sabtu dan
Minggu
1 kali 13 orang 11 orang 81,25 73,3
2 kali 3 orang 4 orang 18,75 26,7
Jumlah 16 orang 15 orang 100 100 71
(c) (d)
Gambar 15. Cara pengiriman roti unyil Venus oleh pengecer
6.4 Penataan roti Unyil Venus di toko pengecer
Setelah sampai di lokasi penjualan pengecer akan menata roti
Unyil Venus. Roti Unyil Venus akan ditata menggunakan capitan dan
diletakkan ke dalam nampan sesuai jenisnya masing-masing (gambar
16). Kemudian roti Unyil Venus akan dimasukkan ke etalase dan
ditutup. Sebagian pengecer tidak memindahkan seluruh roti ke dalam
nampan, melainkan tetap menyimpannya di dalam karton box agar
tidak terjadi penurunan mutu (roti menjadi keras).
Gambar 16. Cara pengecer menata roti Unyil Venus
6.5 Proses penjualan roti Unyil Venus
Pengecer akan berjualan dari pagi sampai sore/malam
tergantung sisa roti yang belum terjual. Roti yang tidak terjual dalam
satu hari dapat dijual lagi keesokan harinya karena batas kadaluarsa
roti Unyil Venus adalah 3 hari. Namun tidak semua pengecer mau
menjual sisa produk untuk keesokan harinya. Dari 17 pengecer yang
menjual roti unyil Venus, 7 orang (41.2%) diantaranya tidak mau
menjual sisa produk untuk keesokan harinya dengan alasan khawatir
terjadinya penurunan mutu dan tidak ingin mengecewakan pembeli. 72
Sedangkan 10 orang (58.8%) pengecer mau menjual keesokan harinya
dengan alasan batas kadaluarsa roti Unyil Venus yang mencapai 3 hari.
Pengecer akan menjual roti Unyil Venus hanya dalam batas waktu 2
hari.
Roti Unyil yang tidak terjual dalam 1 hari sebaiknya ditaruh
di tempat rapat untuk menjaga tekstur agar tidak keras. Sebagian besar
pengecer menaruh kembali roti Unyil yang belum terjual ke dalam
karton box untuk kemudian disimpan di etalase. Hanya 1 orang
pengecer yang menyimpan roti Unyil Venus yang belum terjual di
kulkas dan keesokan harinya dipanggang di oven, baru kemudian
dijual kembali.
6.6 Pembersihan toko dan alat-alat
Gambar 17. Cara pembersihan etalase oleh pengecer
Setelah selesai berjualan pengecer akan mencuci nampan dan
capitan yang digunakan. Kemudian pengecer akan membersihkan
etalase dengan kain basah (Gambar 17). Nampan dan capitan akan
dimasukkan ke dalam etalase dan dikunci. Keesokan paginya saat akan
mulai berjualan, pengecer tinggal melapisi nampan dengan plastik dan
mengelap capitan sebelum meletakkan roti Unyil Venus di etalase.
D. Analisa Permasalahan Sistem Distribusi
Pada awalnya Venus Bakery hanya menggunakan saluran distribusi nol
tingkat untuk mendistribusikan produknya kepada konsumen, namun seiring
dengan perkembangannya, Venus Bakery juga menerapkan saluran distribusi
satu tingkat. Perkembangan sistem distribusi yang diterapkan oleh Venus
Bakery memungkinkan terjadinya beberapa masalah. Beberapa masalah yang 73
teridentifikasi berkaitan dengan penerapan saluran distribusi satu tingkat
antara lain pemilihan target pasar, dokumentasi pengecer, persyaratan dan
kontrak kerjasama, lokasi dan cara penjualan pengecer, jenis produk yang
dijual, fasilitas distribusi, resiko perluasan distribusi, dan slogan fresh from the
oven.
1. Pemilihan Target Pasar
Segmentasi pasar adalah membagi pasar menjadi kelompok
pembeli yang terbedakan dengan kebutuhan, karakteristik, atau tingkah
laku berbeda yang mungkin membutuhkan produk atau bauran pemasaran
terpisah. Segmentasi dapat dilakukan berdasar variabel geografik,
demografik, psikografik, dan tingkah laku tertentu. Menetapkan target
pasar adalah proses mengevaluasi daya tarik setiap segmen pasar dan
memilih satu atau beberapa segmen pasar untuk dimasuki (Kotler dan
Armstrong, 1997).
Venus Bakery tidak melakukan segmentasi untuk menawarkan
produknya. Target pasar yang dipilih oleh Venus Bakery adalah seluruh
kalangan dari anak-anak hingga orang tua dari berbagai kelas sosial
(menengah ke atas dan menengah ke bawah). Target pasar ini kurang
sesuai dengan harga yang ditawarkan, karena harga roti Unyil Venus per
buah tidak sebanding (lebih mahal) dengan harga roti merk lain yang
ditargetkan untuk kalangan menengah ke bawah.
Kalangan menengah ke bawah akan berpikir berulang kali sebelum
memutuskan untuk membeli roti Unyil Venus karena harganya yang
terlalu mahal. Sedangkan bagi kalangan menengah ke atas, harga tidak
menjadi pertimbangan utama asalkan mutu yang diberikan sesuai dengan
harga yang ditawarkan.
Fakta ini menunjukkan bahwa sebaiknya Venus Bakery
menetapkan target pasar yang akan dimasuki agar lebih mudah
mengklasifikasikan keinginan dan harapan konsumen. Setelah menentukan
target pasar, Venus Bakery dapat dengan mudah mewujudkan keinginan
konsumen. Berdasarkan pertimbangan di atas, target pasar Venus Bakery
sebenarnya adalah kalangan menengah ke atas yang lebih mengutamakan 74
mutu dibandingkan harga produk. Setelah berhasil menetapkan target
pasar, Venus Bakery harus berupaya memenuhi keinginan dan harapan
konsumen dengan berbagai fasilitas, seperti pemilihan lokasi dalam
pendistribusian.
Pemilihan lokasi pengecer harus disesuaikan dengan target pasar.
Citra toko harus dapat menarik pasar sasarannya dan penempatan posisi
pengecer juga harus cukup elastis, khususnya jika ia mengelola kios-kios
di tempat-tempat yang memiliki kondisi sosial yang berbeda-beda (Kotler
dan Armstrong, 1995).
2. Lokasi Pengecer
Lokasi adalah faktor yang sangat penting dalam bauran pemasaran
ritel. Pada lokasi yang tepat, sebuah gerai akan lebih sukses dibandingkan
gerai lainnya yang berlokasi kurang strategis, meskipun keduanya menjual
produk yang sama, pramuniaga yang sama banyak dan terampil, dan samasama mempunyai ambience yang bagus (Ma’ruf, 2005). Lokasi pengecer
roti Unyil Venus tersebar di tempat-tempat yang cukup strategis karena
dekat dengan pusat keramaian, namun beberapa pengecer berada pada
lokasi yang kurang sesuai dengan target pasar (kalangan menengah ke
atas). Fakta ini dalam jangka panjang akan merusak citra Venus Bakery
karena pemilihan lokasi tidak sesuai dengan target pasar.
Menurut Kotler dan Armstrong (1995), keputusan seorang
pengecer yang paling penting adalah mengenai pasar sasaran. Sebelum
pasar sasaran didefinisikan dan digambarkan, pengecer tidak dapat
membuat keputusan yang konsisten mengenai ragam produk, dekorasi
toko, pesan dalam iklan-iklannya, media iklan, tingkat harga, dan lainnya.
Banyak pengecer yang tidak mempunyai pasar sasaran yang jelas atau
mencoba memuaskan terlalu banyak pasar, sehingga akhirnya tidak dapat
memuaskan satu pun.
Lokasi pengecer harus diatur secara jelas oleh pemilik agar tidak
terjadi kesalahan pemasaran. Beberapa lokasi yang dipilih pengecer Venus
Bakery sudah cukup baik, seperti di dekat terminal atau stasiun dan dekat
pusat perkantoran. Lokasi lain yang dipilih sebaiknya berada pada daerah-75
daerah yang mudah dijangkau target pasar seperti di pinggir jalan besar
(pusat kota), di dalam pertokoan, dan di dekat perumahan ellite.
Jarak antar lokasi juga menjadi pertimbangan dalam penetapan
lokasi. Jarak yang terlalu dekat antar pengecer akan menimbulkan
persaingan untuk mendapatkan konsumen, dan jarak yang terlalu jauh
akan menyulitkan konsumen untuk memperoleh produk. Salah satu
restoran yang berhasil melakukan pemilihan lokasi dengan baik adalah
restoran fast food Mc Donald’s. Jarak dan lokasi setiap gerai restoran Mc
Donald’s selalu diatur dengan baik karena umumnya berada pada lokasi
central business district (CBD) dan pusat perbelanjaan. Menurut Ma’ruf
(2005), Pada area CBD muncul gerai-gerai yang menguntungkan karena
berlokasi di tempat yang kepadatan lalu lintasnya sangat tinggi
dibandingkan lokasi lain. Sedangkan pada lokasi pusat perbelanjaan lebih
mudah menjaring target pasar karena pusat perbelanjaan mencakup anakanak yang masih sekolah hingga orang berusia lanjut.
3. Desain Toko Pengecer
Pengecer harus melakukan riset pemasaran secara periodik untuk
memastikan bahwa mereka dapat meraih dan memuaskan pelanggan
sasarannya. Pemilihan target menengah ke atas harus diiringi dengan
merenovasi diri menjadi “toko yang lebih berkelas” (Kotler dan
Armstrong, 1995).
Desain toko pengecer roti Unyil Venus terdiri dari beberapa jenis,
yaitu menyewa toko/ruko, menyewa tempat kecil untuk satu etalase,
menggunakan gerobak, dan menggunakan mobil. Beberapa pengecer yang
menjual produk hanya menggunakan satu etalase kecil atau gerobak akan
menimbulkan keraguan bagi target pasar dan memberikan kesan kurang
berkelas, sehingga konsumen akan ragu untuk membeli produk.
Menurut Ma’ruf (2005), desain toko merupakan strategi penting
untuk menciptakan suasana yang akan membuat pelanggan merasa betah
berada dalam suatu toko. Pada intinya, desain toko bertujuan memenuhi
syarat fungsional sambil menyediakan pengalaman berbelanja yang 76
menyenangkan sehingga mendukung terjadinya transaksi. Desain toko
yang sebaiknya dipertahankan oleh Venus Bakery adalah menyewa
toko/ruko dan menggunakan mobil, karena dua cara penjualan ini cukup
memberikan kesan eksklusif dan kenyamanan bagi konsumen.
4. Dokumentasi Pengecer
Venus Bakery tidak memiliki data yang lengkap mengenai lokasilokasi penjualan dan identitas pengecer. Venus Bakery juga tidak
mengetahui keberadaan pengecer-pengecer yang tidak resmi atau yang
membuka lebih dari satu toko penjualan. Hal ini akan menyulitkan dalam
pengendalian, misalnya apabila terjadi penyimpangan oleh pengecer.
Untuk mengantisipasi berbagai penyimpangan yang mungkin
terjadi, sebaiknya Venus Bakery memiliki data lengkap mengenai lokasi
dan identitas pengecer yang selalu diperbaharui berdasarkan pengamatan
lapangan. Pengamatan lapangan sebaiknya dilakukan secara teratur dengan
waktu yang tidak disepakati sebelumnya untuk mengontrol keadaan
pengecer. Dokumentasi yang lengkap akan memudahkan pemilik untuk
merekomendasikan pengecer dan memudahkan dalam pengendalian dan
pengelolaan.
5. Peraturan dan Kontrak Kerja Sama
Munculnya pengecer tak resmi dan pengecer yang memiliki lebih
dari satu toko merupakan salah satu bentuk penyimpangan yang terjadi
akibat keterbatasan peraturan. Apabila jumlah pengecer yang melakukan
tindakan seperti diatas bertambah, lambat laun keadaan ini dapat
menimbulkan masalah bagi Venus Bakery karena pengendalian penjualan
roti Unyil Venus sangat sulit dilakukan. Sehingga perlu ditetapkan
pedoman atau prosedur tertulis yang dilengkapi surat perjanjian dan
kontrak kerja sama pengecer, serta perlu dilakukan pengarahan rutin bagi
pengecer dalam hal penanganan produk untuk menjaga citra Venus Bakery
Pihak pemilik Venus Bakery tidak menetapkan peraturan tertulis
bagi pengecer roti Unyil Venus, pengecer juga tidak diikat dengan surat
perjanjian dan kontrak kerja sama dengan pemilik. Peraturan tertulis akan 77
membuat pengecer mempunyai acuan dari kegiatannya sehari-hari sebagai
pengecer, sehingga pengecer memiliki arah dalam menjalankan tugasnya.
Beberapa hal penting yang harus tercakup dalam peraturan pengecer antara
lain mengenai pelarangan membuka toko pengecer lebih dari satu,
pemilihan lokasi penjualan, standar cara penjualan, tata cara penanganan
produk, batas waktu penjualan produk, tata cara pelayanan, dan
pembatasan jenis produk lain yang dijual. Peraturan pengecer harus
dilampirkan dalam surat kontrak kerja sama.
Kontrak kerja sama diperlukan untuk menghindari penyalahgunaan
kepercayaan dan untuk mengevaluasi pengecer. Kontrak kerja sama bagi
pengecer dapat diperpanjang bila masa kontrak telah habis dengan
beberapa syarat. Persyaratan perpanjangan kontrak perlu diberlakukan
setelah dilakukan evaluasi terhadap pengecer, misalnya apabila selama
masa kontrak penjualan tidak meningkat atau pengecer melakukan
pelanggaran, kontrak tidak boleh diperpanjang. Dalam kontrak kerja sama
harus dituliskan sanksi-sanksi apabila pengecer melanggar peraturan
pengecer.
Salah satu cara untuk mengikat pengecer secara sederhana adalah
dengan membuat tabungan wajib. Tiap komisi penjualan pengecer akan
dipotong sebagian untuk kemudian ditabung oleh pemilik, tabungan baru
boleh diambil setiap akhir tahun atau menjelang hari raya (Rasyad, 2003).
Penerapan sistem tabungan akan membuat pengecer terikat dan lebih
bertanggung jawab. Sistem ini dapat diterapkan oleh Venus Bakery untuk
menjaga loyalitas pengecer.
6. Jenis Produk yang dijual
Venus Bakery tidak menetapkan aturan mengenai jenis-jenis
produk lain yang dijual pengecer. Pengecer diberikan kebebasan untuk
menjual produk-produk lain tanpa persetujuan pemilik. Padahal, nama
merk Venus Bakery sangat berpengaruh bagi produk-produk lain yang
dijual pengecer. Seringkali konsumen membeli kue basah, brownies, dan
snack di toko pengecer Venus Bakery karena melihat nama Venus Bakery
yang terpampang di toko pengecer. 78
Keadaan ini dimanfaatkan oleh pengecer untuk membantu mendompleng
penjualan produk lain dengan menggunakan kemasan Venus Bakery untuk
mengemas produk. Hal ini tentunya merugikan Venus Bakery karena
kemasan yang digunakan pengecer diberikan secara gratis oleh pemilik.
Untuk mengantisipasi penyalahgunaan kemasan dan untuk mendisiplinkan
pengecer yang seringkali menjual produk lain menggunakan kotak Venus
Bakery, pemilik berencana untuk menetapkan peraturan mengenai
pembelian kemasan. Harga masing-masing kotak karton dapat dilihat pada
Tabel 28.
Tabel 28. Harga kotak karton
Ukuran Harga
10 buah Rp 250,00
20 buah Rp 325,00
30 buah Rp 450,00
50 buah Rp 650,00
Cara lain yang dapat dilakukan untuk mempertahankan image
Venus Bakery adalah dengan melakukan penyeleksian terhadap berbagai
jenis produk yang dijual pengecer. Produk-produk lain yang dijual
diseleksi dulu oleh pemilik secara subyektif, setelah disetujui baru
pengecer boleh menjual produk-produk tersebut. Hal ini akan menjaga
citra Venus Bakery sebagai produsen roti yang menawarkan produk
bermutu tinggi.
Salah satu produsen makanan yang berhasil menerapkan sistem
penyeleksian produk lain yang dijual di gerai adalah Dunkin Donuts.
Franchisee Dunkin Donuts Indonesia mengajukan permohonan untuk
menjual croissant di setiap gerai di Indonesia kepada franchisor.
Franchisor menerima sampel produk kemudian menyeleksi sampel
tersebut. Setelah dianggap sesuai standar, maka franchisee Dunkin Donuts
di Indonesia memiliki hak menjual croissant sebagai tambahan jenis
produk yang dijual. Penyeleksian oleh franchisor dilakukan untuk
menghindari penurunan citra Dunkin Donuts apabila produk lain yang
dijual tidak sesuai standar yang telah ditetapkan. 79
Pada kasus Venus Bakery, sebaiknya produk-produk lain yang
dijual pengecer berasal dari produsen yang sama sehingga memudahkan
dalam pengendalian oleh pemilik.
7. Fasilitas pengecer
Pemilik kurang memperhatikan fasilitas bagi pengecer, sehingga
berdampak pada volume penjualan. Volume penjualan beberapa pengecer
tergolong rendah dan sulit untuk berkembang karena kesulitan dalam
publikasi. Pengecer sulit diketahui keberadaannya oleh masyarakat karena
kurangnya informasi bagi konsumen. Menurut Marlina (2005), dari 90
responden, 21 diantaranya melakukan dasar pemilihan lokasi pembelian
roti Unyil Venus di outlet karena kurangnya informasi tentang tempat
pembelian lain (pengecer). Sebagian konsumen juga kurang percaya
dengan pengecer karena tidak ada informasi yang jelas dari pemilik
mengenai pengecer.
Permasalahan ini dapat diatasi dengan mudah melalui bantuan dari
pemilik. Pemilik dapat membantu pengecer dengan memberikan fasilitas
publikasi. Publikasi yang dilakukan dapat berupa informasi mengenai
lokasi, alamat, dan foto-foto tempat penjualan pengecer di outlet penjualan
Venus Bakery. Informasi yang jelas mengenai pengecer akan meyakinkan
konsumen untuk membeli roti Unyil Venus di toko penjualan pengecer.
Fasilitas lain yang dapat diberikan oleh pemilik Venus Bakery agar
dapat membantu pengecer untuk dipercaya oleh konsumen adalah melalui
pemberian seragam dan kartu nama bagi pengecer. Pemberian seragam
akan membuat pengecer Venus Bakery lebih mudah dicirikan oleh
konsumen dan membuat kondisi penjualan lebih menarik dan terkesan
eksklusif sesuai dengan target pasar.
8. Resiko perluasan distribusi
Perluasan distribusi dapat menimbulkan resiko yang cukup besar
baik bagi pemilik Venus Bakery maupun bagi pengecer. Sistem kerjasama
“beli putus” mengandung resiko tinggi bagi pengecer karena roti Unyil
Venus yang tidak habis terjual harus ditanggung oleh pengecer. Hal ini 80
terjadi khususnya untuk para pengecer baru atau pengecer yang pindah
lokasi penjualan, pengecer belum bisa memprediksikan permintaan pasar.
Umumnya pengecer membutuhkan waktu kurang dari 4 bulan (Tabel 29)
hingga konsumen mengetahui lokasi penjualan dan mempercayai keaslian
produk roti Unyil Venus yang dijual pengecer (76.47%). Sehingga dalam
memulai usaha sebagai pengecer, sebaiknya pengecer mengamati potensi
pembelian konsumen untuk beberapa minggu terlebih dahulu. Jika
penjualan baik, maka volume penjualan ditingkatkan secara perlahan.
Namun jika penjualan buruk, outlet tersebut lebih baik ditutup.
Tabel 29. Waktu yang dibutuhkan pengecer agar dikenal dan dipercaya
Waktu Jumlah (pengecer) Komposisi (%)
< 4 bulan 13 76.47
4-6 bulan 2 11.76
> 6 bulan 2 11.76
Jumlah 17 100
Bertambahnya jumlah pengecer roti Unyil Venus dapat
menyulitkan pemilik Venus Bakery dalam pengendalian, sehingga Venus
Bakery dapat kehilangan calon pembeli/peluang. Kehilangan peluang ini
dapat disebabkan karena kurang terawatnya sarana penjualan di tiap lokasi
pengecer, kemasan yang habis saat ada pembeli, abuse handling akibat
banyaknya produk yang diambil, dan susunan produk tidak teratur akibat
terburu-burunya pengecer membawa roti Unyil Venus ke lokasi
penjualannya. Dalam jangka panjang Venus Bakery akan mengalami
penurunan citra sebagai industri Bakery yang bermutu tinggi. Selain itu,
jumlah pengecer yang terus bertambah dengan lokasi berdekatan akan
menimbulkan persaingan antar pengecer. Pengecer dapat kehilangan
pelanggan yang beralih ke tempat baru yang mungkin lebih mudah
dijangkau.
9. Slogan fresh from the oven
Slogan Venus Bakery adalah menghasilkan roti yang fresh from
the oven, sehingga setiap roti yang ditawarkan seharusnya tersaji dalam
keadaan hangat. Penjualan di outlet selalu memperhitungkan pertimbangan 81
tersebut sehingga kegiatan produksinya disesuaikan dengan persediaan roti
di outlet. Namun hal ini tidak berlaku bagi penjualan pengecer, sebagian
besar pengecer hanya mengambil roti satu kali sehari sehingga tidak selalu
dapat menjual roti dalam keadaan hangat. Beberapa faktor pertimbangan
pengecer antara lain keterbatasan waktu dan biaya transportasi yang tinggi
bila melakukan pengambilan roti secara berulang-ulang.
Slogan Venus Bakery tetap harus dipertahankan, namun dengan
penggunaan sistem distribusi yang diterapkan saat ini slogan itu tidak
berlaku sepenuhnya, sehingga harus dilakukan alternatif pemecahan
masalah. Penggunaan pengecer sebagai saluran satu tingkat sebaiknya
digantikan dengan membuka outlet yang memiliki dapur tersendiri.
Jumlah outlet yang dibuka tidak perlu terlalu banyak asalkan berada pada
lokasi yang mudah dijangkau oleh target pasar. Pembukaan outlet akan
menjamin mutu produk yang dijual, karena roti Unyil Venus yang
diproduksi dapat disesuaikan dengan persediaan, sehingga produk yang
disajikan selalu fresh from the oven.
Konsumen tidak akan ragu untuk membeli produk karena kondisi
dan cara penjualan yang terlihat meyakinkan, dan konsumen akan puas
dengan mutu produk yang dibeli karena sesuai dengan slogan yang
ditawarkan yaitu roti Unyil Venus yang tersaji hangat. Selain itu
pengendalian pemilik pun lebih mudah dilakukan, karena seluruh aktivitas
produksi dan penjualan berada di bawah pengawasan pemilik, sehingga
kemungkinan penyimpangan atau kesalahan karyawan berkaitan dengan
produk dapat dikurangi. 82
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan pada bab sebelumnya dapat diperoleh
beberapa kesimpulan sebagai berikut:
• Produk Venus Bakery terdiri dari roti tawar dengan dua ukuran yang
berbeda, roti keset dengan tujuh jenis bahan pengisi yang berbeda, dan
yang paling terkenal adalah roti Unyil dengan dua puluh enam jenis bahan
pengisi yang berbeda. Pada Maret 2006, harga jual roti Unyil Venus
adalah Rp 900,00 per buah roti.
• Sistem distribusi yang diterapkan oleh Venus Bakery adalah menggunakan
saluran distribusi nol dan satu tingkat. Sistem kerjasama dengan pengecer
yang diterapkan pada saluran distribusi satu tingkat adalah beli putus
dengan diskon 15% per buah roti Unyil Venus.
• Hingga Februari 2006, jumlah pengecer roti Unyil Venus adalah tujuh
belas orang yang tersebar di dalam dan luar kota Bogor, dengan rincian
empat belas orang tersebar di lima kecamatan kota Bogor, satu orang
tersebar di Kabupaten Bogor, dan dua orang tersebar di luar Bogor.
• Pengecer yang berada pada wilayah kecamatan Bogor Utara, Bogor Timur,
dan Bogor Tengah dikategorikan berarea sempit (70,55%), sedangkan
pengecer yang berada pada wilayah Bogor Barat, Tanah Sareal, dan luar
Bogor dikategorikan berarea luas (29,45%).
• Fasilitas distribusi yang disediakan oleh pemilik adalah kemasan gratis
yang dapat diambil kapan saja oleh pengecer. Namun dalam waktu dekat
fasilitas ini akan dihilangkan untuk menghindari co-branding produk lain.
• Pihak pemilik Venus Bakery tidak menetapkan persyaratan khusus bagi
yang berminat menjadi pengecer Venus Bakery dan pengecer
diperbolehkan menjual produk lain selain produk Venus Bakery. 83
B. Saran
• Persyaratan penjualan dan cara penanganan roti Unyil Venus yang tidak
jelas menyebabkan pengecer terlalu bebas dan kurang terarah, untuk itu
perlu ditetapkan pedoman atau prosedur tertulis yang dilengkapi surat
perjanjian dan surat kontrak kerja sama pengecer, serta perlu dilakukan
pengarahan rutin bagi pengecer dalam hal penanganan produk untuk
menjaga citra Venus Bakery
• Kebebasan pengecer dalam menjual produk lain selain produk Venus
Bakery menggunakan kemasan Venus Bakery yang dibagikan secara
cuma-cuma akan menimbulkan kemungkinan co-branding dan merugikan
pihak Venus Bakery. Penyeleksian jenis produk lain yang dijual penting
dilakukan untuk mempertahankan kekonsistenan Venus Bakery sebagai
industri yang mengutamakan mutu.
• Dalam rangka menjaga kenyamanan konsumen pada saat pembelian di
outlet Venus Bakery sebaiknya dilakukan perluasan wilayah penjualan dan
untuk menjaga mutu roti Unyil Venus yang akan dijual pengecer,
sebaiknya dilakukan perluasan disediakan ruangan khusus yang terdiri dari
rak-rak untuk menyimpan roti Unyil Venus pesanan pengecer, sehingga
tidak akan terjadi penumpukan roti Unyil dilokasi outlet.
• Perlu dilakukan penelitian tentang pengaruh sistem distribusi roti Unyil
Venus terhadap perilaku konsumen. 84
DAFTAR PUSTAKA
Aaker, D. A. Dan G. S. Day. 1990. Marketing Research. Fourth Edition. John
Willey and Sons, New York.
Arora, S. M. 1981. Hand Book of Bakery Products. Small Industry Research
Institute, India.
Frazier, W. C. Dan D. C. Westhoff. 1978. Food Microbiology. Tata Mc Graw-Hill
Publ. Co. Ltd. New Delhi.
Guiltinan, J. P. dan Paul, G. W. 1990. Strategi dan Program Manajemen
Pemasaran. Edisi Kedua. Penerbit Erlangga. Jakarta.
Hanlon, F. J. 1973. Hand Book of Package Engineering. McGraw-Hill Book Co,
New York.
Kent-Jones, D.W. dan A.J. Amos. 1967. Modern Cereal Chemistry. Food Trade
Press Ltd., London.
Kotler, P dan Armstrong. 1995. Dasar-dasar Pemasaran. Jilid 2. Terjemahan
Prenhallindo, Jakarta.
Kotler, P dan Armstrong. 1997. Dasar-dasar Pemasaran. Jilid 1. Terjemahan
Prenhallindo, Jakarta.
Kotler, P. 1990. Manajemen Pemasaran: Analisis, Perencanaan, Implementasi,
dan Pengendalian. Edisi Kelima, Jilid 2. Penerbit Erlangga. Jakarta.
Kotler, P. 1993. Manajemen Pemasaran: Analisis, Perencanaan, Implementasi,
dan Pengendalian. Edisi Ketujuh. Lembaga Penerbit FE-UI. Jakarta.
Marlina, C. Y. 2005. Keputusan melakukan pembelian dan jumlah pembelian roti
Unyil Venus serta faktor-faktor yang mempengaruhinya. Skripsi. Fakultas
Ekonomi Manajemen. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Matz, S. A. 1992. Bakery Technology and Engineering 3
rd
edition. Avi Book .
New York.
Ma’ruf, H. 2005. Pemasaran Ritel. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Ningsih, E. 2004. Mempelajari strategi bauran pemasaran industri kecil keripik di
wilayah Bogor. Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian. Institut Pertanian
Bogor. Bogor.
Pomerantz, Y. dan D.A. Shellenberger. 1971. Bread Science and technology. AVI
Publishing Co. Inc., Westport, Connecticut. 85
Pyler, E.Y. 1973. Baking science and Technology. Vol I dan II. Sciebe Publ.,
Chicago.
Rasyad, H., Retnowati, P. Eddy. 2003. Peluang Bisnis Makanan Berbasis Tepung.
Elex Media Komputindo. Jakarta.
Royan, F.M. 2004. Paradigma Baru Memenangkan Pasar Melalui Sistem
Distribusi. Penerbit Andi. Yogyakarta.
Simamora, B. 2004. Riset Pemasaran: Falsafah, Teori, dan Aplikasi. Penerbit
Gramedia. Jakarta.
Singarimbun, M. dan S. Effendi.1989. Metode Penelitian Survei. Edisi revisi.
LP3ES. Jakarta.
Stanton, W. J. 1991. Prinsip Pemasaran. Edisi ketujuh, Jilid 2. Penerbit Erlangga.
Jakarta.
Sugiyono. 1999. Metode Penelitian Bisnis. Edisi kedelapan. Penerbit Alfabeta.
Bandung
Supramono dan J.O. Haryanto.2005. Desain Proposal Penelitian Studi Pemasaran.
Penerbit Andi. Yogyakarta
US, Wheat Association. 1981. Pedoman Pembuatan Roti dan Kue. Penerbit
Djambatan, Jakarta.
Winarno, F. G. dan Surono. 2002. GMP Cara Pengolahan Pangan Yang Baik. MBrio Press, Bogor. 86
Lampiran 1. Kuesioner Penelitian
KUESIONER PENELITIAN
KAJIAN SISTEM DISTRIBUSI ROTI UNYIL
(STUDI KASUS VENUS BAKERY)
Mahasiswa : Evie Octarina Departemen : Ilmu Dan Teknologi Pangan
NRP : F24102038 Institut Pertanian Bogor
IDENTITAS DIRI
Beri tanda check ( √ ) pada jawaban yang sesuai
1. Nama Anda :
2. Apakah jenis kelamin Anda?
Laki-laki
Perempuan
3. Apakah status Anda?
Kawin
Tidak kawin
4. Berapakah usia Anda?
< 25 tahun 36-40 tahun
25-30 tahun > 40 tahun
31-35 tahun
5. Apakah pendidikan terakhir Anda?
SD SMP
SMU Diploma/ Universitas
6. Sudah berapa lamakah anda bekerja sebagai pengecer roti Unyil Venus ?
< 3 bulan 1-2 tahun
3-6 bulan 3-4 tahun
7-12 bulan > 4 tahun
7. Apakah ini usaha milik Anda sendiri?
Ya Tidak
8. Apakah Anda pernah pindah lokasi penjualan?
Jika jawaban Anda adalah Ya, sebutkan :
- ............................ - ...................................
- ............................ - ...................................
9. Apa yang mendasari Anda untuk menjadi pengecer roti Unyil?
Turun temurun Sulit untuk cari kerja
Pengaruh teman/ lingkungan Lainnya, sebutkan.........................
10. Darimana Anda memperoleh informasi untuk menjadi pengecer roti Unyil
Venus?
Teman Coba-coba
Melanjutkan usaha keluarga Lainnya, sebutkan.........................
11. Berapa modal awal yang harus Anda keluarkan untuk dapat menjadi
pengecer roti Unyil?.......................................................................................
Yang digunakan untuk:
- ........................................... - ..................................................
- .......................................... - .................................................. 87
12. Darimana Anda memperoleh modal tersebut?
simpanan sendiri pinjaman
patungan/kerjasama lainnya, sebutkan.......................................
13. Berapa lama waktu yang Anda butuhkan hingga masyarakat mengetahui
lokasi penjualan Anda?.........................bulan/tahun
14. Apakah ada persyaratan untuk menjadi seorang pengecer?
Ya Tidak
15. Jika jawaban nomor 14 adalah Ya, sebutkan persyaratannya?
........................................................................................................................
........................................................................................................................
16. Menurut Anda, apakah pekerjaan ini menarik?
Ya, karena................................. Tidak, karena.................
Sistem Distribusi
1. Dimana wilayah operasi Anda?.....................................................................
2. Bagaimana cara membawa roti Unyil dari pusat ke wilayah operasi Anda?
Menggunakan mobil Menggunakan kendaraan umum
Menggunakan motor Lainnya, sebutkan.....................
3. Bagaimana sistem kerjasama yang diterapkan dengan Venus Bakery?
Beli-putus Bagi hasil
Lainnya, sebutkan....................................
4. Bagaimana sistem komisi yang diterapkan?
........................................................................................................................
5. Bagaimana sistem pembayaran roti Unyil yang diambil dari pusat?
........................................................................................................................
6. Berapa jumlah biaya operasional yang harus anda keluarkan setiap
harinya?..........................................................................................................
7. Apakah ada kontrak kerja sama dengan pemilik?
Ya, selama..................bln/thn Tidak
8. Berapa jumlah rata-rata roti Unyil yang diambil dari pusat setiap harinya?
Senin .......................roti Jumat..................................roti
Selasa.......................roti Sabtu...................................roti
Rabu.........................roti Minggu...............................roti
Kamis.......................roti
9. Menurut perkiraan Anda, berapa jumlah rata-rata dari roti Unyil yang
terjual di wilayah penjualan Anda setiap harinya?
Senin .......................roti Jumat..................................roti
Selasa.......................roti Sabtu...................................roti
Rabu.........................roti Minggu...............................roti
Kamis.......................roti
10. Berapa lama Anda berjualan setiap harinya?
< 6jam 8-10 jam
6-8 jam > 10 jam
11. Berapa waktu yang dibutuhkan untuk membawa roti dari pusat ke lokasi
penjualan?
5-10 menit 11-20 menit
21-30 menit > 30 menit 88
12. Apakah setiap jenis roti Unyil yang diambil dari pusat berjumlah sama?
Ya Tidak
Jika jawaban Anda adalah Tidak, roti Unyil jenis apa yang paling banyak
diambil dari pusat?..................................................................................
13. Bagaimana cara Anda menata roti Unyil di etalase Anda?
Dengan capitan Dengan tangan
Dengan plastik Lainnya, sebutkan....................
14. Berapa kali dalam sehari Anda membersihkan toko dan perlengkapan
jualan Anda?...................................................................................................
15. Menurut Anda, siapa saja yang paling sering membeli roti Unyil Venus?
Pelajar dan mahasiswa bu rumah tangga
Karyawan Lain-lain, seperti:...................
16. Menurut Anda, dari mana asal pembeli pada umumnya?
Lingkungan sekitar (dalam kota)
Luar kota
17. Berapa jumlah rata-rata konsumen yang membeli roti Unyil per hari?
< 10 orang 21-40 orang
10-20 orang > 40 orang
18. Setelah pengambilan, berapa lama batas waktu display dan penjualan roti
Unyil di wilayah Anda?
1 hari 2 hari
3 hari > 3 hari
19. Apa yang Anda lakukan terhadap roti Unyil yang tidak terjual dalam 1
hari?
Dijual keesokan harinya Lainnya, sebutkan..........................
Dimakan
20. Bagaimana cara penyimpanan roti Unyil yang tidak terjual dalam 1 hari?
Disimpan di kulkas Lainnya, sebutkan.....................
Disimpan ditempat rapat pada suhu ruang
21. Apakah ada standar khusus yang ditetapkan oleh pusat dalam melayani
konsumen?
Ya, sebutkan : Tidak
- ........................................
- ........................................
22. Apakah jumlah pengemas (plastik dan kotak berlogo Venus Bakery) yang
disediakan sesuai dengan jumlah roti Unyil yang dijual?
Ya Tidak
23. Pernahkah pengemas habis ketika ada pembeli dilokasi penjualan?.............
Jika jawaban Anda pernah, lalu apa yang Anda lakukan?
.......................................................................................................................
24. Menurut Anda, roti Unyil Venus biasa dikonsumsi sebagai apa oleh
pembeli di toko Anda?
Sarapan Oleh-oleh
Makanan selingan Hidangan acara tertentu (mis:arisan,dll)
Lainnya, sebutkan..................................
25. Apakah Anda merasa wilayah penjualan roti Anda cukup strategis?
Ya Tidak 89
26. Perlukah promosi atau iklan agar masyarakat mengetahui lokasi penjualan
Anda?
Ya Tidak
Jika jawaban Anda adalah Ya,
Promosi apa yang dilakukan agar masyarakat mengetahui lokasi penjualan
Anda?..............................................................................................................
27. Siapa yang bertanggung jawab atas biaya promosi?......................................
28. Apakah Anda menjual produk lain selain roti Unyil Venus?
Ya, sebutkan............... Tidak
....................................
....................................
29. Berdasarkan saran dari pembeli, dari segi apa perbaikan mutu roti Unyil
Venus penting dilakukan?
Isi Ukuran
Penampilan Warna
Bentuk Lainnya, sebutkan..................
Harga
30. Apakah permasalahan yang paling sering Anda hadapi selama menjadi
pengecer roti Unyil?
........................................................................................................................
........................................................................................................................
TERIMA KASIH ATAS PARTISIPASINYA 1
Lampiran 2. Identitas Pengecer
No. Nama Pengecer Lokasi saat ini Jenis
Kelamin
Pendidikan Alasan Pendirian
Usaha
Lama
usaha
Jumlah lokasi
yang pernah
dicoba
1 Rizal Jakarta Laki-laki SMU Prospek cerah 6 tahun 1
2 Alda Imelda Cipayung Perempuan Sarjana Prospek cerah 4 tahun 1
3 Herman Bantar Kemang (SKI) Laki-laki SMP Prospek cerah 4 tahun 1
4 Yanto Villa duta Laki-laki Sarjana Prospek cerah 2 tahun 1
5 Yanto Jl. Binamarga Laki-laki Sarjana Ingin berwiraswasta 9 tahun 1
6 Toby Jl. Pajajaran
(outlet Bogor Boutique)
Laki-laki SMP Sulit cari kerja 2 tahun 2
7 Temmy Jl. Pajajaran
(depan Astra)
Laki-laki SMP Sulit cari kerja 5 tahun 1
8 Dayat Jambu dua Laki-laki SMU Prospek cerah 5 tahun 2
9 Edwin Pomad
(depan Apotek)
Laki-laki SMU Ingin berwiraswasta 3 bulan 1
10 Feri Ruko Plaza
Indah Bogor
Laki-laki Sarjana Ingin berwiraswasta 4 tahun 2
11 Yus Yasmin Laki-laki SMU Prospek cerah 6 bulan 1
12 Aris Darmaga Laki-laki SMU Pengaruh teman 2 tahun 1
13 Rizki Pusat Grosir Bogor Laki-laki SMU Prospek cerah 8 tahun 2
14 Rahmat Taman Topi Laki-laki Diploma Prospek cerah 8 tahun 3
15 Adi Bogor Plaza
(depan Kebun Raya)
Laki-laki SMU Ingin berwiraswasta 4 tahun 2
16 Amin Jl. Talang Laki-laki SMU Ingin berwiraswasta 4 tahun 3
17 Ja’i Jl. Pajajaran (depan
gedung Alumni)
Laki-laki SD Sulit cari kerja 1 tahun 1 2
No. Lokasi saat ini Lingkungan
Penjualan
Cara Penjualan Cara
memperoleh
informasi
Modal awal
(rupiah)
Cara
Pembayaran
Waktu yang
dibutuhkan
agar dipercaya
Alat
Transportasi
yang digunakan
1 Jakarta Dekat pusat
perkantoran
Toko Dari pemilik 40 juta Langsung 1 bulan Motor
2 Cipayung Pinggir jalan Toko Dari pemilik 1 juta Langsung 1 minggu Angkot
3 Bantar Kemang (SKI) Dekat pusat
perbelanjaan
Toko Dari pemilik 1 juta Langsung 0 Motor
4 Villa duta Pinggir jalan Mobil Dari pemilik 30 juta Langsung 5 bulan Mobil
5 Jl. Binamarga Dekat terminal Toko Dari pemilik 600 ribu Tunda 1 tahun Motor
6 Jl. Pajajaran
(outlet Bogor Boutique)
Dekat pusat
perbelanjaan
Tempat kecil Dari teman 4 juta Tunda 1 bulan Motor
7 Jl. Pajajaran
(depan Astra)
Pinggir jalan Toko Coba-coba 2 juta Tunda 5 bulan Motor
8 Jambu dua Dekat pusat
perbelanjaan
Toko Coba-coba 3 juta Tunda 3 bulan Motor
9 Pomad
(depan Apotek)
Pinggir jalan Tempat kecil Dari keluarga 850 ribu Langsung 1 bulan Motor
10 Ruko Plaza
Indah Bogor
Dekat pusat
perbelanjaan
Tempat kecil Dari keluarga 2 juta Tunda 1 tahun Motor
11 Yasmin Pinggir jalan Tempat kecil Dari pemilik 900 ribu Langsung 3 minggu Angkot
12 Darmaga Pinggir jalan Gerobak Dari keluarga 1,5 juta - 1 minggu Motor
13 Pusat Grosir Bogor Dekat pusat
perbelanjaan
Tempat kecil Coba-coba 1 juta Langsung 2 bulan Motor
14 Taman Topi Dekat stasiun Toko Dari pemilik 2 juta Tunda 1 bulan Mobil
15 Bogor Plaza
(depan Kebun Raya)
Dekat pusat
perbelanjaan
Tempat kecil Dari keluarga 3 juta Langsung 2 bulan Motor
16 Jl. Talang Pinggir jalan Tempat kecil Dari pemilik 2 juta Tunda 1 bulan Angkot
17 Jl. Pajajaran (depan
gedung Alumni)
Dekat terminal Gerobak Dari teman 1,5 juta Tunda 1 bulan Angkot 1
Lampiran 3. Pengelompokkan jenis produk yang dijual pengecer
Lokasi
Jenis produk yang dijual
Roti
tawar
Roti
keset
Kue
Basah
Brownies Snack Asinan Minuman
Jakarta
Cipayung √
SKI
Villa Duta √ √ √
Jl. Binamarga √ √ √
Jl. Pajajaran
(outlet)
√ √ √ √
Jl. Pajajaran
(depan Astra)
√ √ √
Jambu dua √ √
Pomad √ √
Riko Plaza Indah
Bogor
√ √
Yasmin
Darmaga
PGB
Taman topi √ √
Bogor Plaza √
Jl. Talang √
Jl. Pajajaran
(depan gedung
alumni)
Total 1 1 5 7 6 1 3
Komposisi
(%)
5.9 5.9 29.4 41.2 35.3 5.9 17.6