Bencana alam di abad ke-20 sampai 21
Pada abad ke-20, beberapa bencana alam yang paling umum adalah
kelaparan dan
wabah.
[2]Sejak awal abad ke-20, lebih dari 70 juta orang tewas akibat kelaparan, dengan korban 30 juta orang tewas selama masa kelaparan di
Cina dari tahun 1958-1961.
[2] Di
Uni Soviet, beberapa kali terjadi kelaparan yang diakibatkan kebijakan
kolektif Stalin yang membunuh jutaan orang.
[2]Dalam sejarah, kelaparan telah mengakibatkan munculnya sifat buruk manusia seperti kekejaman dan
kanibalisme.
[2] Bencana alam terburuk lainnya pada abad ke-20 adalah
wabah.
[2]Pandemi terburuk terutama adalah menularnya
Flu Spanyol di seluruh dunia dari tahun 1918-1919 yang membunuh 50 juta orang, lebih banyak daripada korban
Perang Dunia I yang terjadi sebelumnya.
[2]Pada abad ke-21, bencana alam yang semakin banyak terjadi adalah bencana terkait
iklim yang disebabkan meningkatnya
suhu bumi (
pemanasan global).
[10] Pemanasan global sebagian besar diikuti
banjir,
kekeringan, cuaca ekstrim dan
musim yang tak bisa diramal.
[10] Perubahan iklim berpotensi meningkatkan
kemiskinan dan kerentanan dalam jumlah besar.
[10] Pada saat yang sama bencana iklim semakin meningkat, lebih banyak manusia yang terkena dampaknya dikarenakan kemiskinan, kurangnya sumber daya, pertumbuhan populasi, pergerakan dan penempatan manusia ke daerah yang tidak menguntungkan.
[10][sunting]Jenis bencana alam
[sunting]Bencana alam meteorologi
Bencana alam meteorologi atau hidrometeorologi berhubungan dengan iklim.
[11] Bencana ini umumnya tidak terjadi pada suatu tempat yang khusus, walaupun ada daerah-daerah yang menderita
banjir musiman,
kekeringan atau
badai tropis (
siklon,
hurikan,
taifun) dikenal terjadi pada daerah-daerah tertentu.
[11] Bencana alam bersifat meteorologis seperti banjir dan kekeringan merupakan bencana alam yang paling banyak terjadi di seluruh dunia.
[11] Beberapa di antaranya hanya terjadi suatu wilayah dengan iklim tertentu.
[11] Misalnya hurikan terjadi hanya di
Karibia,
Amerika Tengah dan
Amerika Selatan bagian utara.
[4] Kekhawatiran terbesar pada abad moderen adalah bencana yang disebabkan oleh
pemanasan global.
[11][sunting]Bencana alam geologi
Bencana alam geologi adalah bencana alam yang terjadi di permukaan bumi seperti
gempa bumi,
tsunami,
tanah longsor dan
gunung meletus.
[11] Gempa bumi dan gunung meletus terjadi di hanya sepanjang jalur-jalur pertemuan
lempeng tektonik di darat atau lantai samudera.
[11] Contoh bencana alam geologi yang paling umum adalah
gempa bumi,
tsunami dan
gunung meletus.
[11]Gempa bumi terjadi karena gerakan lempeng tektonik.
[11] Gempa bumi pada lantai samudera dapat memicu gelombang tsunami ke pesisir-pesisir yang jauh.
[11] Gelombang yang disebabkan oleh peristiwa seismik memuncak pada ketinggian kurang dari 1 meter di laut lepas namun bergerak dengan kecepatan ratusan kilometer per jam.
[11] Jadi saat mencapai perairan dangkal, tinggi gelombang dapat melampaui 10 meter.
[11] Gunung meletus diawali oleh suatu periode aktivitas vulkanis seperti
hujan abu, semburan
gas beracun, banjir
lahar dan muntahan
batu-batuan.
[11] Aliran lahar dapat berupa banjir lumpur atau kombinasi
lumpur dan
debu yang disebabkan mencairnya
salju di puncak gunung, atau dapat disebabkan
hujan lebat dan akumulasi material yang tidak stabil.
[11] Wabah atau epidemi adalah
penyakit menular yang menyebar melalui populasi manusia di dalam ruang lingkup yang besar, misalnya antar negara atau seluruh dunia.
[12] Contoh wabah terburuk yang memakan korban jiwa jumlah besar adalah pandemi
flu,
cacar dan
tuberkulosis.
[12][sunting]Bencana alam dari ruang angkasa
Bencana dari ruang angkasa adalah datangnya berbagai benda langit seperti
asteroid atau gangguan
badai matahari.
[13] Meskipun dampak langsung asteroid yang berukuran kecil tidak berpengaruh besar, asteroid kecil tersebut berjumlah sangat banyak sehingga berkemungkinan besar untuk menabrak
bumi.
[13] Bencana ruang angkasa seperti asteroid dapat menjadi ancaman bagi negara-negara dengan
pendudukyang banyak seperti
Cina,
India,
Amerika Serikat,
Jepang, dan
Asia Tenggara.
[13][sunting]Dampak bencana alam
Bencana alam dapat mengakibatkan dampak yang merusak pada bidang
ekonomi,
sosial dan
lingkungan.
[14] Kerusakan infrastruktur dapat mengganggu aktivitas sosial, dampak dalam bidang sosial mencakup
kematian, luka-luka, sakit, hilangnya tempat tinggal dan kekacauan komunitas, sementara kerusakan lingkungan dapat mencakup hancurnya
hutan yang melindungi daratan.
[14]Salah satu bencana alam yang paling menimbulkan dampak paling besar, misalnya gempa bumi, selama 5 abad terakhir, telah menyebabkan lebih dari 5 juta orang tewas, 20 kali lebih banyak daripada korban gunung meletus.
[11] Dalam hitungan detik dan menit, jumlah besar
luka-luka yang sebagian besar tidak menyebabkan kematian, membutuhkan pertolongan medis segera dari fasilitas kesehatan yang seringkali tidak siap, rusak, runtuh karena gempa.
[11] Bencana seperti
tanah longsor pun dapat memakan korban yang signifikan pada komunitas manusia karena mencakup suatu wilayah tanpa ada peringatan terlebih dahulu dan dapat dipicu oleh bencana alam lain terutama
gempa bumi,
letusan gunung berapi,
hujan lebat atau
topan.
[4]Manusia dianggap tidak berdaya pada bencana alam, bahkan sejak awal peradabannya.
[3] Ketidakberdayaan manusia, akibat kurang baiknya
manajemen darurat menyebabkan kerugian dalam bidang
keuangan,
struktural dan korban jiwa.
[15]. Kerugian yang dihasilkan tergantung pada kemampuan manusia untuk mencegah dan menghindari bencana serta daya tahannya.
[15] Menurut Bankoff (2003): "bencana muncul bila bertemu dengan ketidakberdayaan".
[15] Artinya adalah aktivitas alam yang berbahaya dapat berubah menjadi bencana alam apabila manusia tidak memiliki daya tahan yang kuat.
[15][sunting]Penanggulangan
Konstruksi rumah yang menggunakan sistem pegas untuk persiapan terjadinya gempa bumi.
Penanggulangan bencana alam atau
mitigasi adalah upaya berkelanjutan untuk mengurangi dampak bencana terhadap manusia dan harta benda.
[16] Lebih sedikit orang dan komunitas yang akan terkena dampak bencana alam dengan menggerakan program ini.
[16] Perbedaan tingkat bencana yang dapat merusak dapat diatasi dengan menggerakan program mitigasi yang berbeda-beda sesuai dengan sifat masing-masing bencana alam.
[16]Persiapan menghadapi bencana alam termasuk semua
aktivitas yang dilakukan sebelum terdeteksinya tanda-tanda bencana agar bisa memfasilitasi pemakaian
sumber daya alam yang tersedia, meminta bantuan dan serta rencana rehabilitasi dalam cara dan kemungkinan yang paling baik.
[16] Kesiapan menghadapi bencana alam dimulai dari level komunitas lokal.
[16] Jika sumber daya lokal kurang mencukupi, maka daerah tersebut dapat meminta bantuan ke tingkat nasional dan internasional.
[16]Pada wilayah-wilayah yang memiliki tingkat
bahaya tinggi ("hazard"), memiliki
kerentanan/kerawanan ("vulnerability'"), bencana alam tidak memberi dampak yang luas jika
masyarakat setempat memiliki
ketahanan terhadap bencana ("disaster resilience").
[15] Konsep ketahanan bencana merupakan valuasi kemampuan sistem dan infrastruktur-infrastruktur untuk mendeteksi, mencegah dan menangani tantangan-tantangan serius dari bencana alam.
[15]Sistem ini memperkuat daerah rawan bencana yang memiliki jumlah penduduk yang besar.
[15][sunting]Bencana alam di Indonesia dan penanggulangannya
Indonesia merupakan negara yang sangat rawan dengan bencana alam seperti gempa bumi, tsunami, letusan gunung berapi, tanah longsor, banjir dan topan.
[17] Sekitar 13 persen gunung berapi dunia yang berada di kepulauan Indonesia berpotensi menimbulkan bencana alam dengan intensitas dan kekuatan yang berbeda-beda.
[17]Laporan Bencana Asia Pasifik 2010 menyatakan bahwa masyarakat di kawasan
Asia Pasifik 4 kali lebih rentan terkena dampak bencana alam dibanding masyarakat di wilayah
Afrika dan 25 kali lebih rentan daripada di
Amerika Utara dan
Eropa.
[18] Laporan PBB tersebut memperkirakan bahwa lebih dari 18 juta jiwa terkena dampak bencana alam di Indonesia dari tahun 1980 sampai 2009.
[18] Dari laporan yang sama Indonesia mendapat peringkat 4 sebagai salah satu negara yang paling rentan terkena dampak bencana alam di Asia Pasifik dari tahun 1980-2009.
[18] Laporan Penilaian Global Tahun 2009 pada Reduksi Resiko Bencana juga memberikan peringkat yang tinggi untuk Indonesia pada level pengaruh bencana terhadap manusia – peringkat 3 dari 153 untuk gempa bumi dan 1 dari 265 untuk tsunami.
[18] Walaupun perkembangan
manajemen bencana di Indonesia meningkat pesat sejak bencana tsunami tahun 2004, berbagai bencana alam yang terjadi selanjutnya menunjukkan diperlukannya perbaikan yang lebih signifikan.
[18] Daerah-daerah yang rentan bencana alam masih lemah dalam aplikasi sistem peringatan dini, kewasapadaan resiko bencana dan kecakapan manajemen bencana.
[18] Sistem Peringatan Dini Tsunami Indonesia yang dimulai tahun 2005, masih dalam tahap pengembangan.
[18]Menurut kebijakan pemerintah Indonesia, para
pejabat daerah dan provinsi diharuskan berada di garis depan dalam manajemen bencana alam.
[18] Sementara
Badan Nasional Penanggulangan Bencana dan
tentara dapat membantu pada saat yang dibutuhkan.
[18] Namun, kebijakan tersebut belum menciptakan perubahan sistematis di tingkat lokal.
[18] Badan penanggulangan bencana daerah direncanakan di semua provinsi namun baru didirikan di 18 daerah.
[18] Selain itu, kelemahan manajemen bencana di Indonesia salah satunya dikarenakan kurangnya sumber daya dan kecakapan pemerintah daerah yang masih bergantung kepada
pemerintah pusat.
[